Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
Dok. Sukatani / Gelap Gempita
Dok. Sukatani / Gelap Gempita

Kontroversi lagu "Bayar Bayar Bayar" milik band Sukatani yang sempat ditarik dari semua platform musik dan boleh kembali dinyanyikan ternyata semakin banyak mencuri perhatian publik. Lagu yang sebagian liriknya berbunyi "bayar polisi" itu membuat heboh karena liriknya dinilai telah menyinggung institusi kepolisian. 

Lagu "Bayar Bayar Bayar" menjadi karya Sukatani dalam album bertajuk Gelap Gempita yang dirilis pada 24 Juli 2023. Band post-punk tersebut terdiri dari gitaris Muhammad Syifa Al Lufti dan sang vokalis, Novi Citra Indriyati. Lantas, seperti apa lagu-lagu karya dari band asal Purbalingga yang dinilai cukup lantang suarakan kritik sosial itu? Mari simak informasinya lewat artikel berikut ini, Bela! 

1. "Gelap Gempita" - Sukatani

Bila melihat diskografi Spotify dari Sukatani, maka ada lagu bertajuk "Gelap Gempita" masuk jajaran teratas yang memiliki lebih dari 492 ribu pendengar. "Gelap Gempita" menggambarkan kritik terhadap kekuasaan yang tidak adil, ketidakpuasan, dan kesewenang-wenangan. 

Melihat bagaimana orang-orang yang hanya mengejar kekuasaan, tetapi hati mereka kosong dan tidak pernah puas. Lagu ini mengajak pendengarnya untuk merenung dan berpikir kritis tentang keadaan sosial dan politik, dengan menyoroti betapa gelap dan suramnya situasi yang ditimbulkan oleh penguasa yang tidak adil.

 

Lirik lagu "Gelap Gempita" - Sukatani 

Di dalam otak mereka hanyalah kekuasaan

Di dalam hati mereka tak ada kepuasan

Di dalam cara mereka terpampang kedzaliman

Di dalam harap mereka cahaya kemenangan

 

Di dalam otak mereka hanyalah kekuasaan

Di dalam hati mereka tak ada kepuasan

Di dalam cara mereka terpampang kedzaliman

Di dalam harap mereka cahaya kemenangan

 

The light shining on them

Will be blocked by this flag

The light shining on them

Will be blocked by this flag

The light shining on them

Will be blocked by this flag

The light shining on them

Will be blocked by this flag

 

The light shining on them

Will be blocked by this flag

The light shining on them

Will be blocked by this flag

The light shining on them

Will be blocked by this flag

The light shining on them

Will be blocked by this flag 

2. "Jangan Bicara Solidaritas" - Sukatani

Lagu "Jangan Bicara Solidaritas" dari Sukatani mengkritik penggunaan konsep solidaritas yang hanya dijadikan topeng atau alat untuk terlihat "keras" atau "peduli" tanpa aksi nyata. Lirik lagu ini mengingatkan bahwa solidaritas sejati tidak hanya untuk menarik perhatian atau menciptakan kelas sosial tertentu, seperti kelompok yang dianggap pejuang. 

Lagu yang digarap oleh (Alectroguy) Muhammad Syifa Al Luthfi dan (Twister Angel) Novi Citra Indriyanti ini juga menyoroti kontradiksi ketika perjuangan atau solidaritas dibicarakan di panggung atau media. Namun, pada kenyataannya, orang-orang terdekat seperti keluarga hingga teman tidak merasakan dampak positif dari "solidaritas" ini. 

 

Lirik lagu "Jangan Bicara Solidaritas" - Sukatani 

Jangan bicara tentang solidaritas

Jika hanya untuk terlihat keras

Menjadi tren, menciptakan kelas

Kelas para pejuang

Dipajang di panggung dan kertas

 

Jangan bicara tentang perjuangan

Sementara keluarga, tetangga dan teman

Tak merasa aman dan ditinggalkan

Berujung kecewa

Penuh kesakitan dan malang

 

Terbitnya Sang Mentari adalah bukti

Sinarnya menerangi seisi Bumi

Tenggelam saat senja tak perlu kata

Malampun akan tiba tanpa di murka

 

Jangan bicara tentang solidaritas

Jangan bicara tentang solidaritas

Jangan bicara tentang solidaritas

Jangan bicara tentang solidaritas

Jangan bicara tentang solidaritas

Jangan bicara tentang solidaritas

Jangan bicara tentang solidaritas

Jangan bicara tentang solidaritas

3. "Alas Wirasaba" - Sukatani

Grup musik punk Indonesia yang berbasis di Purbalingga, Jawa Tengah ini juga menuangkan pula kritik sosial lewat lagu "Alas Wirasaba" yang keseluruhan liriknya menggunakan bahasa Jawa Ngapak. Lagu bertajuk "Alas Wirasaba" yang berarti 'Hutan Wirasaba' ini menggambarkan kenangan masa kecil yang penuh kebahagiaan dan keceriaan. 

Akan tetapi, lewat bagian terakhir lagu kita bisa mendengarkan bagaimana tempat yang dulu indah itu kini telah berubah. Kesan melankolis muncul ketika lirik mulai berbicara tentang perubahan yang terjadi, sementara melodi yang tetap ceria mengimbangi tiap alunan lagu "Alas Wirasaba".

 

Lirik lagu "Alas Wirasaba" - Sukatani

Pas esih cilik inyong, pada mlaku-mlaku

Karo batir-batir maring, Alas Wirasaba

Pada ngarahi tebu, meneki wit jambu

Dolanan sunda manda, karo brancakan

 

La la la la la la la la

La la la la la la la la

La la la la la la la la

La la la la la la la la

 

Pas esih cilik inyong, pada mlaku-mlaku

Karo batir-batir maring, Alas Wirasaba

Pada ngarahi tebu, meneki wit jambu

Dolanan sunda manda, karo brancakan

 

Lah siki alase 'ra ana

Wis didadikna bandara

Terus inyong arep dolanan nang ngendi ya?

Jebul batire mbarang

Wis pada ilang

 

Pas esih cilik inyong, pada mlaku-mlaku

Karo batir-batir maring, Alas Wirasaba

Pada ngarahi tebu, meneki wit jambu

Dolanan sunda manda, karo brancakan

4. "Realitas Konsumerisme" - Sukatani

Beranjak ke lagu "Realitas Konsumerisme" yang mengkritik budaya konsumerisme yang berkembang di masyarakat. Lirik lagunya menggambarkan kehidupan manusia dipenuhi dengan berbagai keinginan, tetapi sering kali dipenuhi dengan cara tidak realistis seperti berutang atau mengambil cicilan tanpa berpikir panjang.

Pesan utama lagu ini adalah untuk merenungkan kembali cara kita memandang konsumsi dan kemampuan finansial, serta pentingnya berpikir lebih bijak sebelum terjebak dalam pola hidup yang hanya mengejar barang atau status material. Ketukan yang stabil dan pengulangan lirik "Realitas konsumerisme, produktivitas nol" menguatkan pesan bahwa meskipun masyarakat terjebak dalam keinginan untuk mengonsumsi lebih banyak, hasil atau dampaknya sering kali nihil. 

 

Lirik lagu "Realitas Konsumerisme" - Sukatani

Kehidupan dihadapkan banyak keinginan

Keinginan tak ubahnya ujian

Kredit cicilan dan hutang tanpa ada urgensi

Kaji ulang dan dipikir lagi

 

Sesungguhnya kemampuan

Belum mencukupi

 

Realitas konsumerisme

Produktivitas nol

Realitas konsumerisme

Produktivitas nol

 

Kehidupan dihadapkan banyak keinginan

Keinginan tak ubahnya ujian

Kredit cicilan dan hutang tanpa ada urgensi

Kaji ulang dan dipikir lagi

 

Sesungguhnya kemampuan

Belum mencukupi

 

Realitas konsumerisme

Produktivitas nol

Realitas konsumerisme

Produktivitas nol

Realitas konsumerisme

Produktivitas nol

Realitas konsumerisme

Produktivitas nol

5. "Tanam Kemandirian" - Sukatani

Mari mendengarkan lagu "Tanam Kemandirian" yang mengusung pesan semangat untuk bekerja keras dan belajar sesuai dengan kemampuan, tanpa bergantung pada harapan yang tidak realistis. "Dan kami tak pernah berharap, sebab bila tak nyata kami 'kan kecewa" menunjukkan bahwa mereka lebih memilih untuk berusaha dan mengerjakan apa yang bisa mereka capai, daripada mengandalkan harapan kosong.

Dengan instrumen yang kuat dan ritme yang tegas, lagu ini memberi kesan motivasi dan ajakan untuk berjuang. Musiknya mungkin cenderung memiliki ritme yang stabil dan sedikit repetitif, membangun semangat yang konsisten sepanjang lagu. Sukatani mengusung genre post-punk, dengan musik yang terinspirasi dari band anarko-punk era 80-an.

 

Lirik lagu "Tanam Kemandirian" - Sukatani 

Dan, kami tak pernah berharap

Sebab bila tak nyata kami 'kan kecewa

Dan, lakukan yang kami bisa

Bekerja dan belajar di jalan yang ada

 

Selama itu bukan segala kejahatan

Selama itu adalah sebuah pilihan

 

Nak, kami adalah kawanmu

Bergabung dengan kami dan menjadi satu

Nak, prinsip ayah dan ibumu

Membawa kami datang di hadapanmu

 

Bangun relasi keluargamu yang aman

Pertahankan jalan mandiri berjuang

 

Selama itu bukan segala kejahatan

Selama itu adalah sebuah pilihan

 

Itulah, lima lagu dari Sukatani dengan lirik-lirik yang menyampaikan kritik sosial cukup tajam. Adakah yang menjadi favoritmu, Bela? 

Editorial Team

EditorAyu Utami