Review 'Parasyte: The Grey', Menyoroti Sisi Lain Manusia dan Parasit

Jeong Su-in adalah karakter yang hidup berdampingan dengan parasit. Ia dideskripsikan sebagai perempuan yang hidup tanpa ambisi dan bekerja sebagai kasir di minimarket. Meski hidup tanpa keinginan, Su-in berani berkata tidak, saat seorang pelanggan memerintah dengan kasar. 

Begitu pula, ketika tubuhnya berupaya diambil alih oleh parasit, namun gagal. Karakter ini membuka mata saya tentang kemampuan manusia dalam menghadapi sesuatu. Dalam kehidupan, kita dihadapkan oleh berbagai pilihan dan sepaket dengan konsekuensinya. 

Melawan, bertahan, dikuasai, atau hidup berdampingan. Semua itu tergambar lewat diri Su-in dan sang parasit bersarang di tubuhnya, yang diberi nama Heidi. 

Begitu daftar pemain Parasyte: The Grey dirilis, saya bertanya-tanya tentang chemistry Koo Kyo-hwan dan Jeon So-ne. Bagaimana tidak? Usia mereka terpaut jarak 8 tahun. Keduanya juga belum pernah dipertemukan dalam satu proyek akting.

Jeon So-nee, aktris muda yang melejit lewat perannya di Soulmate. Sementara, Koo Kyo-hwan, sosok aktor senior yang kerap membintangi serial atau film laga seperti Kill Bokson, Escape from Mogadishu, hingga D.P. 

Sebuah kombinasi pemain yang langka, tapi chemistry keduanya berhasil mematahkan keraguan. Dapat dikatakan, mereka itu menjadi partner karena insiden tidak terduga. Lewat sosok lain dalam diri karakter Jeon So-nee, karakter Koo Kyo-hwan belajar untuk tidak selalu melarikan diri dari masalah. 

Mengawinkan kisah manusia dan parasit, tentu tim produksi memiliki cara tersendiri untuk menghidupkan sosok parasit di tubuh manusia. Mereka memilih untuk mengombinasikan teknik CGI (Computer Generated Imagery) dengan akting para pemain.

Pemakaian teknik CGI tidak berlebihan dan tepat sasaran. Apalagi, saat karakter Jeong Su-in bertransformasi dari manusia ke parasit. Perubahan ekspresi, intonasi suara, hingga kemunculan sosok parasit di tubuh Su-in terasa pas dan nyata. Tim produksi mengemas cerita dengan detail dan sinematografi yang mengesankan. 

Dari episode awal, Parasyte: The Grey menawarkan plot cerita mendebarkan dan penuh adegan pembunuhan cukup brutal. 

Sebaiknya sebelum menonton Parasyte: The Grey, kamu dalam kondisi emosi stabil, serta berusia di atas 18 tahun. Melalui kisah tersebut, penonton dapat menyelami kehidupan parasit yang menyusup ke dalam kehidupan manusia di bumi. Mereka sangat pintar dan sulit dikenali lewat mata, karena para parasit ini mampu berkamuflase. 

Acungan jempol tim produksi Parasyte: The Grey, karena bisa membuat penonton 'buta arah' oleh alur ceritanya. Apalagi, kehadiran 'pengkhianat' membuat serial ini semakin kompleks, penuh misteri, dan menimbulkan banyak pertanyaan tentang hakikat kedua makhluk hidup berbeda jenis ini. 

Serial ini bukan sekadar tentang serangan parasit, perebutan kekuasaan untuk bertahan hidup, atau adegan pembunuhan yang keji. Namun, Parasyte: The Grey juga menyoroti sisi lain manusia dan parasit. 

Adegan di setiap episodenya menimbulkan sejumlah pertanyaan baru tentang apa alasan parasit masuk ke bumi? Apa mereka adalah penyeimbang ekosistem di tengah kondisi bumi yang kian menua?

Atau sesungguhnya, manusia sendiri adalah parasit untuk lingkungan? Bisa jadi, manusia dan parasit ditakdirkan untuk hidup berdampingan. Perkembangan karakter di Parasyte: The Grey menjadi daya tarik lain untuk menonton serial ini. Terlebih, untuk penikmat serial bergenre thriller atau aksi.

Rasanya tidak sabar untuk menantikan keseluruhan kisah Jeon So-nee dan punggawa The Grey di serial yang berjumlah 6 episode ini.