Rekam Jejak Ciputra Hingga Jadi Raja Properti Indonesia

Jiwa enterpreneur Ciputra sudah terlihat sejak ia masih duduk di bangku kuliah. Ciputra yang merupakan lulusan arsitektur Intitut Teknologi Bandung ini membuka jasa konsultan arsitek bangunan saat masih di tingkat empat. Ia bersama Budi Brasali dan Ismail Sofyan berkantor di sebuah garasi untuk menjalankan usahanya tersebut.

Pada tahun 1960, Ciputra lulus kuliah dan mendapat gelar insinyur. Ia pun pindah ke Jakarta dan langsung bekerja di perusahaan pemerintah daerah Jakarta, Jaya Grup. Ciputra terlibat dalam pembangunan kawasan Ancol. Atas kontribusinya itulah Ciputra diangkat dalam jajaran direksi Jaya Grup hingga berusia 65 tahun dan akhirnya menjadi penasihat.

Sukses berkarier di Jaya Grup, Ciputra akhirnya membangun bisnis keluarga di tahun 1981. Bisnis tersebut berkembang pesat namun harus merasakan keterpurukan saat krisis ekonomi di tahun 1997. Banyak lini bisnis milik Ciputra yang ditutup, mulai dari Bank Ciputra yang ditutup karena dianggap tak layak, hingga Asuransi Jiwa Ciputra Allstate yang terpaksa tutup.

Tahun 1999 Ciputra Group bangkit. Mereka mulai menjual kembali sahamnya di bursa efek. Perlahan perusahaan mereka kembali bertumbuh dengan banyak pembangunan properti di berbagai daerah. Banyak investor yang tertarik untuk bergabung dengan Ciputra karena mereka memiliki konsep yang unik dan modern.

Bukan hanya perumahan atau gedung, Ciputra bahkan menginisiasi pembangunan kota mandiri seperti Bumi Serpong Damai dan Citraland Megah Batam.

Kini Ciputra bukan hanya memiliki usaha di bidang perumahan atau properti. Lebih luas dari itu, Ciputra memiliki banyak bidang usaha, mulai dari mall, waterpark, rumah sakit, gedung pertunjukan, bahkan kampus yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.

Melihat banyaknya bidang usaha yang dimilii Ciputra, tak heran jika ia mendapatkan predikat sebagai orang terkaya nomor 27 di Indonesia versi Forbes dengan jumlah kekayaan $950 juta.