[EKSKLUSIF] Nggak Ada Panduannya, Calvin Jeremy Ceritakan Perjalanan Jadi Orang Dewasa

Calvin Jeremy merilis lagu "Lagu Orang Dewasa" yang mengungkapkan bahwa menjadi dewasa tak selalu mudah dan nggak ada panduannya.
Menurut Calvin, dewasa adalah tentang sadar tanggung jawab dan menemukan keseimbangan dalam menjalani hidup.
Proyek "Lagu Orang Dewasa" merupakan kolaborasi dengan sahabat lama, membahas dilema orang dewasa dalam menyeimbangkan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain.
Ungkapan kalau "jadi orang dewasa itu nggak ada sekolahnya", sepertinya sangat relate buat kita. Apalagi, kamu baru saja lulus kuliah, mendapat pekerjaan pertama dan menginjak usia pertengahan 20-an. Selamat datang di kehidupan orang dewasa, kata mereka.
Memasuki usia dewasa, kita seolah masuk ke dalam hutan belantara yang belum pernah terpetakan. Dengan bekal seadanya yang kita punya, kita 'dipaksa' menyusuri dan membuat jalan sendiri karena setiap orang punya jalan menjadi dewasanya masing-masing.
Menemani kamu melalui fase itu, Calvin Jeremy merilis lagu yang berjudul "Lagu Orang Dewasa". Dalam lagu ini, Calvin ingin mengungkapkan bahwa nggak apa-apa berjalan lambat dan bingung sendiri karena saat dewasa kita nggak punya panduannya.
Bertemu secara eksklusif bersama POPBELA belum lama ini, Calvin Jeremy menceritakan bagaimana proses kreatif di balik "Lagu Orang Dewasa" sekaligus curhat colongan soal kehidupannya sebagai orang dewasa saat ini. Penasaran? Simak selengkapnya di sini!
Sadar bahwa fase dewasa datang hanya satu kali
Bagi Calvin Jeremy, momen terbesar yang mendorong lahirnya lagu Orang Dewasa adalah kesadaran bahwa setiap orang hanya mengalami proses menjadi dewasa satu kali. Tak ada "pengulangan", tak ada kesempatan kedua untuk belajar hal yang sama. Dari melihat ayahnya yang masih terus belajar di usia 60-an, hingga dirinya sendiri yang kaget saat sadar usia sudah menanjak ke kepala tiga, Calvin menemukan refleksi mendalam bahwa menjadi dewasa berarti selalu berproses.
Pengalaman sehari-hari pun menjadi pemicu. Ia pernah menyaksikan kereta penuh pekerja yang tampak lelah namun tetap menjalani rutinitas. Dari situlah Calvin menyadari bahwa "dewasa" bukan hanya miliknya seorang, melainkan pengalaman kolektif semua orang. Hal ini membuatnya ingin menciptakan sebuah karya yang bisa menemani siapa pun yang tengah berproses menuju kedewasaan.
Lewat lagu ini, Calvin seolah berbisik bahwa perjalanan menjadi dewasa bukanlah beban yang harus ditanggung sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang merasakan hal serupa—dan musik menjadi ruang aman untuk berbagi rasa itu.
"Momen paling ngena tuh adalah ketika sadar bahwa kita tuh nggak pernah ada yang namanya orang dewasa dua kali. Wah, tiba-tiba kok udah usia 33, 34. Eh, tiba-tiba udah menikah, tiba-tiba udah mau punya anak. Jadi ada kesadaran itu sih," kata Calvin.
Definisi dewasa bagi Calvin Jeremy

Ketika ditanya apa arti dewasa, Calvin tak ragu menjawab dengan sederhana: sadar tanggung jawab. Menurutnya, dewasa bukan soal angka usia, melainkan kesadaran akan konsekuensi yang dipegang seseorang. Bahkan anak SMP sekali pun bisa dianggap dewasa bila sudah mengerti arti tanggung jawab.
"Kalau buat aku pribadi, sesimpel sadar tanggung jawab aja sih. Jadi nggak harus nunggu umur tua dulu baru dewasa. Bahkan waktu SMP kalau sudah sadar tanggung jawab, ya bisa dibilang udah dewasa," jelasnya.
Namun, tanggung jawab itu seringkali terasa berat. Dari cicilan, pekerjaan, hingga kewajiban terhadap keluarga, semua menjadi beban yang melekat di punggung orang dewasa. Meski begitu, Calvin percaya ada keindahan tersendiri dalam proses ini. Baginya, dewasa adalah tentang menemukan keseimbangan: menjalankan tanggung jawab sekaligus tetap bisa menikmati hidup.
Dalam lirik dan nada lagunya, Calvin menegaskan bahwa kedewasaan tak harus selalu serius dan kaku. Ada ruang untuk bahagia, ada ruang untuk menertawakan diri sendiri. Itulah mengapa "Lagu Orang Dewasa" tak hanya terdengar melankolis, tetapi juga uplifting.
Persahabatan lama yang melahirkan proyek baru
Proyek "Lagu Orang Dewasa" terasa makin spesial karena Calvin berkolaborasi dengan Abram, sahabat lamanya sejak 2012. Menurutnya, bekerja dengan teman lama memberikan rasa nyaman sekaligus tantangan. Mereka sama-sama berada di fase hidup yang mirip: menikah, memiliki anak, dan sama-sama merasakan betapa menantangnya hidup sebagai musisi di tengah kondisi ekonomi saat ini.
"Yang paling menyenangkan adalah kita ada di fase yang mirip. Dia baru menikah, baru punya anak. Dan kita sadar banget kalau hidup sebagai musisi di Indonesia itu challenging banget. Tapi justru momen bikin lagu ini jadi keseruan kita sendiri," kata Calvin.
Diskusi mereka tidak hanya soal teknis musik, tapi juga filosofi di baliknya. Calvin dan Abram sepakat bahwa lagu ini harus lahir dari rasa, bukan perhitungan. Itulah mengapa aransemen "Lagu Orang Dewasa" terdengar begitu jujur—dimulai dengan gitar sederhana lalu berkembang menjadi musik yang lebih uplifting.
Bagi Calvin, lagu ini bukan lagi sekadar karyanya bersama Abram, tapi sudah menjadi milik semua orang dewasa yang mendengarkan. Ada kebersamaan yang tumbuh lewat musik, sebuah pengingat bahwa perjalanan ini sedang dijalani bersama-sama.
Menjadi dewasa bisa menentukan antara membahagiakan diri atau orang lain

Salah satu tema besar dalam hidup Calvin adalah dilema klasik orang dewasa: bagaimana menyeimbangkan keinginan membahagiakan orang lain dan diri sendiri. Ia mengaku pernah terjebak dalam peran sebagai "people pleaser", selalu mengutamakan kebahagiaan orang lain. Namun, kini ia belajar bahwa kebahagiaan orang lain tak mungkin tercapai tanpa terlebih dahulu membahagiakan diri sendiri.
"Di fase dewasa ini aku belajar kalau kamu nggak bisa cuma kiri banget, atau kanan banget. Hidup itu balance. Untuk bisa bahagiain orang lain, kamu juga harus bahagiain diri sendiri dulu. Kalau kamu happy, kamu bisa kasih energi positif ke sekitar," ungkapnya.
Menurutnya, kuncinya ada pada manajemen ekspektasi. Jika kita berbuat sesuatu hanya karena mengharapkan balasan, rasa kecewa akan mudah muncul. Namun jika niatnya tulus, membahagiakan orang lain juga berarti membahagiakan diri sendiri. Perspektif inilah yang ia bawa ke dalam lirik lagunya: ada keluh kesah, ada satir, tapi pada akhirnya ada keinginan sederhana agar semua orang bahagia.
Calvin juga menekankan pentingnya menerima perubahan musim dalam hidup. Hal-hal yang dulu membahagiakan mungkin tak lagi sama, tapi bukan berarti kebahagiaan hilang. Sebaliknya, season baru menghadirkan bentuk kebahagiaan yang berbeda—dan itu justru seru untuk dijalani.
Rencana selanjutnya setelah "Lagu Orang Dewasa"
Meski tak terburu-buru, Calvin sudah menyiapkan langkah berikutnya. Jika "Lagu Orang Dewasa" menembus 100 ribu streams di Spotify, ia berjanji akan segera merilis lagu baru. Bahkan, jika angka itu mencapai satu juta, Calvin bertekad membuat album. Rencana realistis ini lahir bukan semata-mata dari ambisi pribadi, tapi juga karena ia ingin karya-karyanya benar-benar bisa menemani banyak orang.
"Rencana selanjutnya yang pasti, tahun depan aku pengen punya album supaya bisa nemenin teman-teman di perjalanan hidupnya," tutup Calvin.
Tema yang akan ia angkat pun tak jauh dari keseharian orang dewasa: mental health, perjalanan rumah tangga, hingga pengalaman menjadi calon ayah. Calvin ingin lagu-lagunya selalu terasa dekat, validasi atas realitas yang kerap dianggap berat, tapi tetap memberi energi positif bagi pendengar.
Lebih dari sekadar target angka, Calvin ingin musiknya menjadi teman perjalanan. Ia percaya bahwa di tengah segala kesibukan dan tantangan hidup, musik bisa menjadi pengingat sederhana bahwa hidup adalah anugerah. Dan melalui setiap nadanya, Calvin ingin menyampaikan: dewasa itu memang menantang, tapi juga bisa sangat menyenangkan.



















