Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
IMG_9711.JPG
Dok. Istimewa

Intinya sih...

  • Komunitas Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) viral di media sosial

  • Terbentuk dari keinginan menciptakan ruang bernyanyi yang terbuka untuk siapa saja tanpa syarat

  • NBJ menjadi healing space bagi orang-orang untuk melepas stres lewat bernyanyi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bela, apakah kamu masih ingat dengan konten viral nyanyi bareng Barasuara yang sempat viral di akhir Juli 2025 lalu? Konten tersebut ramai di media sosial bukan hanya karena film SORE yang sedang naik daun kala itu, tapi juga karena activity yang seru dan nggak biasa, sehingga mengundang banyak atensi di media sosial.

Bayangkan, ada ratusan orang asing berkumpul di satu tempat yang sama, tapi mereka berhasil membawakan lagu dengan begitu indahnya secara bersama-sama dan terkoordinasi dengan baik. Membayangkannya saja, POPBELA sudah merinding!

Beruntung POPBELA berkesempatan untuk bertemu dan mewawancarai secara langsung sosok di balik viralnya kegiatan tersebut. Adalah Meda Kawu, musisi sekaligus pengajar musik ini menjadi sosok di balik Nyanyi Bareng Jakarta, komunitas yang mengumpulkan orang asing untuk bernyanyi bersama.

Dalam sesi wawancara selama tiga puluh menit itu, Meda bercerita bagaimana awalnya ia jatuh cinta dengan menyanyi sampai akhirnya membentuk Nyanyi Bareng Jakarta yang sekarang harus war untuk bisa mendapatkan slot-nya. Penasaran? Simak kisah POPBELA berikut ini.

Dari resolusi kecil awal tahun, hingga menjadi komunitas yang viral

Dok. Istimewa

Tidak ada yang menyangka jika sebuah obrolan ringan di awal tahun bisa berkembang menjadi gerakan sosial yang begitu besar. Meda Kawu bersama dua temannya, Gladys Santoso dan Jusuf Winardi, awalnya hanya ingin membuat kelas vokal offline setelah cukup lama berkutat di sesi online selama pandemi. Namun, ketertarikan Meda pada konsep singing with strangers di luar negeri membuat ide itu berkembang ke arah yang berbeda. Daripada sekadar kelas, mengapa tidak mencoba membangun komunitas bernyanyi bersama?

Dengan bekal inspirasi dari gerakan serupa di Singapura dan Inggris, lahirlah gagasan sederhana: menciptakan ruang bernyanyi yang terbuka untuk siapa saja tanpa syarat. Tidak ada audisi, tidak ada batasan kemampuan. Prinsipnya hanya satu, semua orang yang bisa berbicara pasti bisa bernyanyi. Dari situlah Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) pertama kali digelar pada 22 April 2025, diikuti oleh sekitar 70 orang yang mayoritas adalah teman-teman terdekat Meda.

"Aku percaya semua orang yang bisa ngomong, bisa nyanyi. Itu moto yang aku pegang sejak awal ngajar, dan akhirnya jadi alasan kenapa Nyanyi Bareng Jakarta lahir," ungkap Meda.

Kejutan terjadi ketika dokumentasi acara pertama itu diunggah ke TikTok dan Instagram. Video yang awalnya hanya dimaksudkan sebagai arsip, tiba-tiba viral. Ribuan orang ikut tertarik untuk bergabung, dan dari situ, NBJ perlahan tumbuh menjadi fenomena yang lebih besar dari sekadar komunitas musik biasa.

Semua orang bisa nyanyi, semua orang bisa ikut

"Setiap hari pertanyaan yang paling sering aku terima adalah, ‘Aku nggak bisa nyanyi, boleh ikut nggak?’ Jawabannya selalu sama: tentu bisa. Di sini nggak ada audisi, yang penting kamu bisa ngomong, berarti kamu bisa nyanyi," jelas Meda.

Hal itulah yang menjadi salah satu keunikan NBJ: keterbukaan. Banyak orang masih mengira bahwa untuk ikut bernyanyi bersama, seseorang harus memiliki suara emas atau pengalaman di paduan suara. Padahal, menurut Meda, kunci dari komunitas ini justru ada pada keberagaman suara yang berpadu jadi harmoni. Tidak ada audisi, tidak ada proses seleksi. Cukup datang dengan tiket, lalu ikut bergabung dalam aransemen lagu yang sudah disiapkan.

Setiap pertemuan biasanya berlangsung selama dua hingga tiga jam. Acara selalu dimulai dengan sesi mingle agar para peserta bisa saling berkenalan, diikuti dengan pemanasan vokal, lalu pembagian suara dasar, yakni sopran, alto, tenor, atau bass.

"Biasanya sebelum mulai, beberapa orang akan tanya, 'Kak suaraku ini masuknya ke mana ya?'. Dari situ aku dengerin sedikit dan aku bisa mengarahkan. Aku menilai berdasarkan suara dasarnya, bukan kualitasnya," kata Meda lagi.

Bagi yang belum familiar, fasilitator akan membantu mengarahkan. Proses ini membuat siapa pun merasa diterima, bahkan yang awalnya mengaku "tidak bisa nyanyi" pun akan menemukan tempatnya. Inklusivitas ini pula yang membuat banyak orang merasa NBJ lebih dari sekadar komunitas musik. Ia adalah ruang aman di mana orang bisa mengekspresikan diri tanpa takut dihakimi.

Video yang viral hingga kolaborasi dengan musisi besar

Dok. Istimewa

Setelah video pertamanya meledak, NBJ tak pernah kehabisan kejutan. Dari yang awalnya hanya komunitas kecil, perlahan banyak musisi besar mulai melirik. Beberap personel Malik & The Essentials, yakni Angga Puradiredja, hingga Indah Kusuma pernah ikut meramaikan acara ini. Kehadiran mereka bukan bagian dari strategi promosi, melainkan murni karena ketertarikan pribadi.

Puncaknya terjadi saat NBJ diajak berkolaborasi untuk membawakan soundtrack film SORE bersama Barasuara. Kesempatan itu datang begitu saja, tanpa rencana khusus. Bahkan, grup musik internasional seperti Honne juga sempat ikut bergabung dalam salah satu pertemuan. Semua terjadi organik, seperti semesta yang ikut mendukung perjalanan komunitas ini.

"Kita nggak pernah rencanain harus ada artis setiap acara. Kalau ternyata tiba-tiba ada Barasuara atau Honne yang datang, itu bonus. Esensinya tetap sama, ini komunitas nyanyi bareng stranger," tegasnya.

Healing space untuk ciptakan ruang menyanyi yang aman bagi semua

Jakarta sering kali identik dengan kesibukan, kemacetan, dan tekanan pekerjaan. Di tengah ritme kota yang melelahkan, NBJ hadir sebagai ruang pelepasan. Acara mereka biasanya diadakan pada malam hari di hari kerja, dengan tujuan sederhana: menjadi tempat bagi orang-orang untuk melepas stres lewat bernyanyi.

Meda menyebut NBJ sebagai bentuk healing space. Bukan hanya dari sisi musik, tapi juga suasana kebersamaan yang tercipta. Bernyanyi bersama ratusan orang asing menghadirkan sensasi yang sulit dijelaskan. Rasanya magis, penuh energi, dan membuat setiap orang merasa bagian dari sesuatu yang lebih besar. Tak jarang, banyak peserta yang datang seorang diri akhirnya pulang dengan teman baru.

"Tujuan awalnya sederhana, aku pengen orang-orang pulang kantor bisa stress release. Bernyanyi bareng orang asing itu rasanya magis banget, susah dijelasin dengan kata-kata," kata Meda.

Fenomena ini menjelaskan mengapa NBJ begitu cepat mendapat tempat di hati masyarakat. Bukan hanya karena musiknya, tetapi karena pengalaman emosional yang ditawarkan.

Harapan dan konsistensi NBJ di masa depan

Dok. Istimewa

Setelah sukses viral dan dikenal luas, banyak yang penasaran ke mana NBJ akan melangkah. Apakah akan terus jadi komunitas intim, atau berkembang jadi sesuatu yang lebih besar?

Menjawab hal ini, Meda menyebut NBJ selalu hidup dari kejutan-kejutan. Tidak ada rencana pasti menghadirkan artis tertentu atau proyek besar setiap bulan, semua berjalan organik sesuai momentum.

Namun, ada satu hal yang pasti: NBJ ingin tetap konsisten menjadi komunitas, bukan media promosi. Artinya, acara mereka tidak akan diarahkan untuk meluncurkan lagu baru artis atau kepentingan komersial tertentu. Fokus utama selalu pada kebersamaan dan kesenangan bernyanyi.

"NBJ itu bukan partner media promosi. Dari awal ini komunitas, bukan tempat launching artis baru. Kita cuma pengin orang-orang senang nyanyi, itu aja," tutup Meda.

Ke depan, NBJ berpotensi tumbuh lebih besar, entah lewat kolaborasi tak terduga, panggung di acara besar, atau bahkan membawa konsep ini ke kota lain. Namun, apapun bentuknya nanti, NBJ sudah membuktikan bahwa ide sederhana—bernyanyi bersama orang asing—bisa menjadi gerakan yang memberi makna dalam di tengah hiruk pikuk kehidupan urban.

Jadi, bagaimana Bela? Apakah suatu saat kamu tertarik untuk mengikuti komunitas ini selepas pulang kerja nanti?

Editorial Team