Instagram.com/clarestaufan
Bagi Claresta, tantangan terbesar bukan hanya memerankan perempuan hamil besar, tetapi menjejak kehidupan yang sudah terlalu penuh beban sebelum cerita film dimulai. "Tantangan terbesar untuk menjalani karakter Sartika buat aku pribadi tidak mudah," ungkapnya.
Sartika membawa sejarah emosional yang kompleks: pengalaman kehilangan, tekanan ekonomi, dan rasa tanggung jawab sebagai ibu tunggal yang harus melindungi anaknya dari kerasnya dunia. Semua itu harus ia tampilkan tanpa dialog berat, melainkan lewat cara ia berjalan, diam, atau sekadar menatap.
"Sartika itu punya past life yang cukup berat, punya pengalaman yang banyak sekali, dan juga punya beban kehidupan yang banyak sekali," lanjut Claresta. Peran ini mengharuskan tubuh dan emosi berjalan beriringan, tanpa berlebihan. Untuk itu, proses persiapan menjadi pondasi terpenting. Ia banyak berdiskusi dengan Reza dan pemain lain, berusaha memahami bukan hanya apa yang Sartika lakukan, tetapi kenapa ia melakukannya.
"Dengan persiapan yang matang, dengan banyak diskusi dengan Kak Reza, cast, dan tim yang lain, bisa terjalani," katanya. Persiapan itu menjadi jembatan antara Claresta sebagai aktor dan Sartika sebagai manusia yang pernah ada di suatu sudut Pantura atau mungkin, ada dalam diri perempuan di manapun.