“Pas didiagnosis pasti denial apalagi dimasa produktif. Aku berpikir kaya “masa sih aku kena penyakit ini?” dan harus minum obat seumur hidup. Aku kena penyakit autoimun ini di umur 20 tahun tapi baru divonis pas 21 tahun, dan sekarang usia aku sudah 38 tahun,” ujar Mama Cucit.
BeautyFest Asia Jakarta 2025: Ini Cara Mama Cucit Berdamai dengan Skleroderma

- BeautyFest Asia (BFA) Jakarta 2025 berlangsung di Mall Kota Kasablanka, tanggal 6 - 8 Juni 2025
- Katharina Adinugroho atau Mama Cucit, content creator yang berhasil mengatasi Skleroderma
- Mama Cucit mengalami gejala awal dan tantangan ketika didiagnosis Skleroderma serta bagaimana ia bisa berdamai dengan kondisinya
BeautyFest Asia (BFA) Jakarta 2025 telah berlangsung meriah di hari pertama pada hari Sabtu, 6 Juni 2025. Berlokasi di Mall Kota Kasablanka, acara yang paling dinantikan ini diselenggarakan selama tiga hari mulai tanggal 6 - 8 Juni 2025.
Di BFA Jakarta 2025, kamu bisa menemukan berbagai brand kecantikan seperti makeup, skincare, dan masih banyak lagi. Nggak cuma itu saja, event tahunan dari Popbela ini juga dimeriahkan dengan sesi talkshow bersama narasumber yang inspiratif. Salah satunya ada Katharina Adinugroho atau yang kerap disapa Mama Cucit.
Mama Cucit adalah seorang content creator yang berhasil berjuang melawan penyakit autoimun yaitu Skleroderma. Dalam sesi talkshow bertajuk Unbreakable Beauty: Embracing Life with Scleroderma, ia mengungkapkan bagaimana dirinya bisa berdamai dengan Skleroderma dan apa yang dialami oleh Mama Cucit. Seperti apa, ya? Simak pembahasannya melalui artikel di bawah ini, yuk!
Gejala awal yang Mama Cucit alami

Awalnya Mama Cucit menjalani diet dengan cara yang terbilang ekstrem dan tidak seimbang. Meski berhasil memangkas berat badan hingga 10 kg, Mama Cucit menyadari bahwa kesehatannya tetap harus menjadi prioritas.
Namun, dari hasil diet ini memicu gejala autoimun yang ia alami sejak usia 21 tahun.
Saat itu, Mama Cucit mulai merasakan gejala Skleroderma seperti perubahan warna kulit hingga tekstur kulit menjadi keras.
Tantangan yang Mama Cucit hadapi saat di diagnosa Skleroderma

Hal yang pertama Mama Cucit hadapi adalah kenyataan jika semua hal harus dilakukan dengan keterbatasan. Kala itu, di usianya yang masih muda, ia sudah memulai berkarier dan tetap berusaha untuk memenuhi segala kebutuhannya.
“Aku sempat memaksakan diri diluar kemampuan aku. Aku juga jadi susah menjalani aktivitas sehari-hari," pungkas Mama Cucit.
Baginya menerima kenyataan hidup dengan Skleroderma bukanlah perjalanan yang mudah.
Cara Mama Cucit bisa berdamai dengan Skleroderma

Di tengah berbagai keterbatasan fisik, ia tetap memilih untuk aktif dan produktif. Walaupun ia mengalami Skleroderma, Mama Cucit merasa hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk perkembangan dirinya.
Awalnya, ia sempat memaksakan diri mengejar karier dan membuktikan bahwa ia bisa seperti orang lain. Tapi di balik semangat itu, tubuhnya terus berjuang.
“Aku juga baru bisa berdamai 3 tahun terakhir ini. Menerimanya juga karena setelah autoimun terlalu capek untuk mengejar karier dan berusaha membuktikan diri kayak orang lain, walaupun aku kewalahan. Tetapi, diagnosis aku malah semakin parah sampai aku didiagnosis hipotensi paru-paru,” jelas Mama Cucit.
Namun, titik terendah itu justru menjadi awal dari kebangkitan. Mama Cucit mulai menyadari bahwa ia tak perlu menjadi versi orang lain—yang ia butuhkan adalah mencintai dirinya sendiri, apa adanya. Kini, ia menjalani hari-hari dengan lebih tenang, menghargai proses, dan menerima untuk berdamai.
Itulah penjelasan dari Mama Cucit tentang cara dirinya bisa berdamai dengan Skleroderma.
BeautyFest Asia Jakarta 2025 masih berlangsung sampai tanggal 8 Juni 2025. Jangan lupa datang ya, Bela!



















