Bisa dikatakan Maudy Ayunda tak hanya dikagumi karena karier akting dan musiknya, selain sebagai public figure, Maudy sangat cocok jadi entertainer yang patut menjadi panutan para millennials. Bukannya berlebihan, tetapi meski ia sibuk berkarier di dunia hiburan, Maudy berhasil mewujudkan mimpinya menimba ilmu di Oxford University, tentu banyak orang yang kian mengagumi kegigihannya ini. Bahkan nilai hasil kelulusannya pun sangat mengagumkan dan membuat dirinya berbangga hati menjadi orang Indonesia, Bela.
Tak heran pula kalau ia salah satu millennials yang inspiratif dan pantas jadi panutan millennials lainya di luar sana. Namun, meski ia dinilai telah mencapai kesuksesan, sama seperti kamu, Bela, sebagai millennials, Maudy pun punya kecemasan tersendiri lho. Apalagi sudah banyak yang beranggapan kalau millennials itu inginnya serba instan. Lalul bagaimana pendapat Maudy mengenai generasinya?
1. Setuju nggak banyak yang beranggapan kalau millennials itu maunya serba instan?
Ada benarnya, karena millennials terbiasa dengan hal instan, mau makan aja ada go-food, sudah banyak shortcut-nya, kalau soal kerja lebih pindah-pindah nggak stay di satu tempat. Tapi menurutku kita pengennya bukan serba instan. Kita suka hal-hal yang efisien aja. Menurut aku memang ada jeleknya, tapi banyak bagusnya juga, di dunia ini kita inginnya membuat sesuatu lebih mudah supaya jangan membuang banyak waktu. Millennials itu sebenarnya pingin lebih efisien aja. Tapi soal nggak bisa kerja keras, kurang berkomitmen, sebetulnya nggak juga. Banyak kok millennials benar-benar berkomitmen dengan apa yang mereka lakukan.
2. Sebagai millennials, Maudy ingin menjadi millennials seperti apa?
Aku ingin jadi millennial yang bisa melakukan hal positif dan bisa membuat diriku lebih berkembang dan memberi pengaruh besar buat banyak orang. Salah satu ketakutanku dari kebiasaan millennial itu terlalu individualis, terlalu fokus dengan media sosial sehingga kepeduliannya ke diri sendiri dan sence of community-nya berkurang. Dan hal itu yang nggak aku inginkan terjadi padaku, aku pengen tetap make my self grow.
3. Saranmu kepada millennials sekarang ketika memilih untuk berkarier?
Kecenderungan kita itu focus to much on the small thing, than the big picture. Kayak setiap hari pegang hp karena fokus dengan hal yang sedang dibicarakan orang, padahal lima tahun ke depannya kita juga nggak akan peduli. Padahal yang kita lihat just small little thing. Beda dengan orang zaman dulu yang aksesnya sangat minim, jauh lebih mudah untuk memikirkan mimpi yang ada di benak mereka, jadi bedanya, orang zaman dulu jalan pemikirannya lebih lurus. Jadi saranku untuk millennials, jangan terlalu fokus dengan hal kecil, small little things can distract us from the big picture.
4. Mimpi yang belum dan ingin kamu wujudkan?
Mau S2 dan pengen main teater dari sisi seni peran. Dulu di sekolah tipe anak yang aktif ikut teater dan musical. Aku juga pengen banget rilis album yang semuanya album bahasa Inggris, personal aja. Merasa jauh lebih mudah menulis dengan bahasa Inggris, karena lebih mewakili aku banget. Aku juga punya keinginan untuk bikin sekolah dari TK-SMA, aku pengen bikin International School yang sangat Indonesia. Sekolahnya juga memudahkan murid untuk daftar ke universitas di luar negeri, jadi ada “jembatannya.”