Pexels.com/Andrea Piacquadio
Oleh: Pramoedya Ananta Toer
"Tidak, Bapak, aku tak akan kembali ke kampung. Aku mau pergi yang jauh”
Sebenarnya, aku ingin kembali.
Pulang ke teduh matamu.
Berenang di kolam yang kau beri nama rindu.
Aku, ingin kembali
Pulang menghitung buah mangga yang ranum di halaman.
Memetik tomat di belakang rumah nenek.
Tapi jalanan yang jauh, cita-cita yang panjang tak mengizinkanku.
Mereka selalu mengetuk daun pintu saat aku tertidur.
Menggaruk-garuk bantal saat aku bermimpi.
Aku ingin kembali ke rumah, Ayah.
Tapi nasib memanggilku.
Seekor kuda sembrani datang, menculikku dari alam mimpi.
Membawaku terbang melintasi waktu dan dimensi kata-kata.
Aku menyebut pulang, tapi ia selalu menolaknya.
Aku menyebut rumah, tapi ia bilang tak pernah ada rumah.
Aku sebut kampung halaman, ia bilang kampung halaman tak pernah ada
Maka aku menungganginya.
Maka aku menungganginya.
Menyusuri hutan-hutan jati.
Melihat rumput-rumput yang terbakar di bawahnya.
Menyaksikan sepur-sepur yang batuk membelah tanah Jawa
Arwah-arwah pekerja bergentayangan menuju ibu kota.
Mencipta banjir dari genangan air mata
Arwah-arwah buruh menggiring hujan air mata, mata mereka menyeret banjir.
Kota yang tua telah lelah menggigil, sudah lupa bagaimana bermimpi dan bangun pagi.
Hujan ingin bercerai dengan banjir.
Tapi kota yang pikun membuatnya bagai cinta sejati dua anak manusia.
Aku tak bisa pulang lagi, Ayah, kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya.
Orang-orang datang ke pasar malam, satu persatu, seperti katamu
Berjudi dengan nasib, menunggu peruntungan menjadi kaya raya.
Tapi seperti rambu lalu lintas yang setia, sedih dan derita selalu berpelukan dengan setia.
Aku tak bisa pulang lagi, Ayah, kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya.
Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak.
Dan batasnya adalah ufuk.
Begitu jarak ditempuh sang ufuk menjauh.
Yang tertinggal jarak itu juga-abadi.
Di depan sana ufuk yang itu juga-abadi.
Tak ada romantika cukup kuat untuk dapat menaklukan dan menggenggamnya dengan tangan-jarak dan ufuk abadi itu.