Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
freeimages.co.uk
freeimages.co.uk

Menjadi negara penghasil drama televisi yang romantis, kisah cinta nyata di negara Korea Selatan nggak semanis yang tayang di televisi. Kalau kebanyakan pasangan dalam cerita drama memiliki hubungan yang berakhir bahagia alias menikah, pasangan di dunia nyata menghindari hal itu.

Mengutip dari Express, angka pernikahan di Negeri Ginseng pada tahun 2016 lalu menduduki poin terendah sejak tahun 1977. Angka pernikahan dari 1,000 orang hanya 5,5% saja. Menurut pengamatan para ahli di negara itu, tingkat penolakan yang semakin tinggi ini melahirkan istilah baru "Sampo Generation". Istilah ini mengacu pada generasi muda yang menyerah pada pernikahan dan kelahiran karena tekanan biaya yang membesar, seperti biaya sewa atau beli rumah, pengangguran, dan biaya sekolah.

onethreeonefour.com

Melihat hal ini, para ahli kemudian berinisiatif mengadakan kelas yang mengajarkan pernikahan dan keluarga di beberapa universitas ternama, di antaranya Dongguk University, Kyung Hee University, dan Inha University. Mengutip dari Telegraph, Profesor Jang Jae-sook, yang memelopori kelas "Marriage and Family" di Dongguk University mengatakan, "Menurunnya populasi di Korea Selatan menjadikan kencan dan pernikahan hal yang penting. Namun generasi muda masa kini terlalu sibuk dan ceroboh dalam membuat hubungan baru."

Dalam kelas itu, para mahasiswa akan diajarkan cara menemukan pasangan yang tepat dan menjaga hubungan yang sehat. Selama mengikuti sesi itu, mereka akan diminta untuk berkencan dengan tiga temannya, masing-masing satu orang selama satu bulan sampai akhir semester. Setelah perkenalan awal, mereka akan memberikan nama yang diinginkan jadi pasangan pada profesor, sebelum mengerjakan kencan sebagai PR serta membahas skenario hubungan seperti cemburu dan konflik di dalam kelas. Profesor Jang selaku penyusun kurikulum mendesain sistem pelajaran seperti ini karena yakin kalau belajar dari pengalaman nyata sama pentingnya dengan belajar membaca teori.

continuum.utah.edu/Nick Steffens

"Para mahasiswa menemukan diri mereka sendiri dan melihat dari sisi orang lain. Mereka belajar cara bersikap di hadapan orang lain, berbicara pada orang lain, dan mendapatkan kepercayaan diri," tutur Ms. Jang. Walau perjodohan bukan tujuan sebenarnya, namun kelas ini telah menghasilkan satu pasangan yang menikah dan satu pasangan dengan hubungan serius. 

greenhearttravel.org

Rendahnya minat menikah, juga kesulitan menemukan pasangan yang tepat, nggak hanya menjadi masalah pribadi, tetapi juga menjadi masalah skala besar yang mengganggu pemerintah. Sampai-sampai muncul kelas pernikahan dan keluarga. Mungkin, kamu tertarik mengambil kelas ini ketika ke Korea Selatan, Bela?

BACA JUGA: 7 Budaya Berkencan Unik yang Ada di Korea Selatan

Editorial Team

EditorMega Dini