Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
Freepik.com/prostooleh
Freepik.com/prostooleh

Sibling rivalry atau persaingan saudara adalah hal yang lumrah dan bahkan sulit dihindari. Saudara kandung bertengkar karena rasa cemburu, persaingan, konflik kebutuhan dan temperamen, terkadang juga karena bosan, atau sebagai cara untuk terhubung satu sama lain, dan mencari perhatian dari orangtuanya.

Tapi percaya atau tidak, manfaat dari sibling rivalry dapat membantu anak-anak belajar berkompromi, mengelola dan menyelesaikan konflik, menetapkan batasan dan bersikap tegas. Pada akhirnya, tujuannya bukan untuk menghilangkan persaingan antar saudara, tapi sebagai momen pembelajaran dari kejadian tersebut. Kendati demikian, sebagai orangtua kita perlu mengatasinya jika sudah berkelanjutan.

“Perasaan bersaing adalah akar dari persaingan antar saudara. Tidak semua kompetisi itu negatif. Itu bisa membuat kamu bekerja lebih keras. Namun, dalam dinamika hubungan saudara kandung, hal ini bisa menjadi toxic dan merusak jika dilakukan terlalu jauh atau dipupuk oleh orangtua," ujar psikolog, Susan Albers, PsyD, dikutip dari laman Cleveland Clinic.

Berangkat dari pembahasan ini, Popbela telah merangkum beberapa cara mengatasi sibling rivalry dari beberapa sumber sebagai berikut.

1. Menciptakan lingkungan yang kooperatif

Pexels.com/Pixabay

Hindari membandingkan, memihak salah satunya, atau mendorong persaingan di antara anak-anakmu. Sebaliknya, ciptakan peluang untuk berkompromi dengan mengajak mereka untuk bermain bersama, mengeksplorasi keingintahuan masing-masing, dan berbagi waktu.

Menurut psikolog, Susan Albers, PsyD, memberi teladan adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk mengajari anak-anakmu cara bergaul dengan saudara mereka. Tunjukkan bagaimana tentang berbagi, mengucapkan maaf, dan mendengarkan satu sama lain. Dengan begitu, sibling rivalry akan teratasi.

2. Merencanakan quality time dengan keluarga

Pexels.com/Vanessa Loring

Makan malam keluarga, bermain games, menghabiskan waktu di taman, dan melakukan aktivitas lainnya adalah cara yang bagus bagi anak-anak untuk menjalin ikatan dan berbagi kenangan positif bersama. Momen-momen ini mengurangi kebiasaan anak untuk berkelahi satu sama lain dan memberi mereka kesempatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu.

3. Perlakukan anak dengan adil, bukan setara

Pexels.com/Ron Lach

Bagi orangtua, keadilan itu penting, namun adil tidak selalu berarti setara. Hukuman dan penghargaan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu masing-masing anak. Misalnya, kamu tidak harus memberikan mainan yang sama kepada dua anak. Sebaliknya, berikan mereka mainan berbeda yang sesuai dengan usia dan minat mereka. Keadilan seperti itu akan sangat bermanfaat.

Terkadang, kita kerap keliru dengan mengartikan adil adalah setara, maka pemikiran ini harus diubah agar tidak terjadi sibling rivarly dalam keluarga.

4. Mencoba mendengarkan

Pexels.com/RDNE Stock project

Saat bertengkar, sebagian besar anak merasa frustrasi dan emosional. Hal ini tentu dapat menimbulkan banyak kecemasan bagi kita untuk menyelesaikannya. Namun terkadang, meluangkan waktu untuk sekadar mendengarkan anak dan menghargai perasaan mereka dapat memberikan banyak dampak positif.

Meski emosinya bukan alasan untuk berperilaku negatif atau agresif, anak akan lebih mau bekerja sama jika mereka merasa didengarkan. Jika anakmu mulai memukul, tegaskan kembali bahwa kekerasan tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diterima. Katakan kepada mereka bahwa menggunakan berbicara jujur adalah satu-satunya cara untuk memecahkan masalah, dan kamu bersedia mendengarkannya.

5. Mendorong hubungan positif, tapi tidak memaksa

Pexels.com/Kampus Production

Cara mengatasi sibling rivarly selanjutnya adalah mendorong anak untuk saling menghormati dan selalu ada satu sama lain. Tekankan perilaku apa yang tidak dapat ditoleransi, dan ingatkan bahwa mereka dapat meminta bantuanmu untuk menyelesaikan konflik ketika mereka membutuhkannya.

Namun, jangan terlalu memaksa mereka untuk saling bersahabat, karena hal ini dapat menimbulkan kebencian dan pemberontakan. Ikuti saja alurnya karena permasalahan persaudaraan akan selesai seiring berjalannya waktu.

6. Jangan memfavoritkan anak atau membandingkan

Pexels.com/Vanessa Loring

Setiap anak mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sebagai orangtua yang baik, kita tidak boleh pilih kasih apalagi sampai membandingkan. Hal inilah yang justru memicu sibling rivarly di antara mereka. Jadi berikan apresiasi atau pujian pada anak-anakmu tanpa harus mempertanyakan perbedaan kemampuan antara kakak dan adik.

7. Ajarkan perilaku baik

Pexels.com/ Kampus Production

Bantulah anak-anakmu untuk memahami apa yang dianggap sebagai perilaku yang baik atau buruk, dan tetapkan konsekuensi atau batasi hak istimewa ketika anak-anak terlibat dalam perilaku yang salah.

‌‌Contoh perilaku buruk yang sering dialami anak-anak adalah meremehkan orang lain. Jadi lakukan sebaliknya, yaitu dorong, perkuat, dan puji perilaku baik mereka dan berusaha menyelesaikan perbedaan dengan saling menghormati. Dengan begitu anak semakin termotivasi untuk mempertahankan kebiasaan baik tersebut.

8. Jangan meminta kakak untuk selalu mengalah

Pexels.com/Kampus Production

Fenomena yang umum terjadi dalam dinamika keluarga adalah ketika orangtua sering kali meminta anak paling tua untuk selalu mengalah kepada adiknya dalam segala hal. Mungkin tampaknya keputusan yang bijaksana, tapi pada kenyataannya hal ini tidak selalu sesuai. Kebiasaan ini justru memicu dampak negatif, membuat sang adik menjadi besar kepala dan menimbulkan ketidakseimbangan dalam hubungan antara kakak dan adik.

Misalnya, ketika mereka bertengkar karena memperebutkan sesuatu, hal yang lebih baik untuk dilakukan adalah memahami duduk permasalahannya terlebih dahulu, siapa yang sebenarnya berhak menggunakan barang tersebut.

Itulah cara mengatasi sibling rivalry. Konflik adalah bagian dari kehidupan yang membantu kita untuk berkembang. Begitu juga dengan anak-anak kita. Jadi meminimalkan konflik merupakan keterampilan yang kita semua butuhkan untuk berhasil dalam hidup, entah di dalam dan di luar keluarga.

Editorial Team