Social distancing juga artinya tidak ada kontak fisik atau sentuhan dengan orang lain, mulai dari bersalaman, pelukan, hinggan ciuman. Sentuhan fisik juga merupakan cara seseorang menyebarkan virus ke orang lain.
Namun tentu saja tak hanya dengan menjaga jarak, karena kita juga harus tetap menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan, melakukan etika batuk, dan jika kita sakit, maka gunakan masker sehingga kita tidak menularkan penyakit kita ke orang lain.
Rekomendasi dari CDC adalah mencuci tangan setiap kali kita masuk ke dalam ruangan setelah dari luar ruangan, sebelum dan sesudah makan, dan sebelum kita berinteraksi dengan orang yang rentan terhadap COVID-19, yaitu orang yang sudah lanjut usia dan orang yang memiliki kondisi medis kronis.
Social distancing mungkin tidak bisa 100% mencegah transmisi virus, namun dengan mengikuti aturan-aturan sederhana ini, seseorang punya peran penting dalam memperlambat penyebaran virus COVID-19. Para ahli kesehatan menyebut ini sebagai upaya untuk “meratakan kurva” agar jumlah pasien penderita COVID-19 tidak melonjak dalam waktu pendek. Jika terlalu cepat penyebarannya, maka fasilitas kesehatan dan para pekerja medis akan kewalahan. Dengan social distancing, kalaupun nantinya banyak yang kena penyakit, waktunya akan tersebar panjang, sehingga sarana dan prasarana di tempat kita memiliki waktu yang cukup untuk mengatasinya.
Contohnya saja Kota Guangzhou di China yang melakukan pengaturan ini sejak awal wabah COVID-19 merebak. Kota ini memiliki jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit lebih rendah saat hari-hari puncak penyebaran COVID-19 di Wuhan.