Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Kisah Fakhitah, Cinta Kandas Pertama Nabi Muhammad SAW

Fakhitah sempat dua kali menolak lamaran Rasulullah

Raden Putri

Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT. Namun, laki-laki berjuluk Al-Amin itu tetaplah manusia biasa. Dia juga merasakan apa yang manusia pada umumnya rasakan, seperti ketertarikan pada cinta.

Sebelum bertemu dengan Sayyidah Khadijah, Rasulullah pernah jatuh hati kepada salah seorang kerabat dekatnya. Perempuan itu adalah Fakhitah, seorang keturunan Bani Hasyim dan putri dari paman Rasulullah, Abu Thalib.

Lantas, bagaimana kisah Fakhitah dan Nabi Muhammad? Berikut rangkuman kisah Fakhitah, cinta kandas pertama Nabi Muhammad SAW.

1. Ayah Fakhitah sudah memiliki rencana lain

Pexels.com/Caio

Saat Nabi Muhammad SAW belum diangkat menjadi Rasul, beliau sempat melamar Fakhitah untuk pertama kali. Kepada pamannya, Rasulullah meminta izin untuk menikahi Fakhitah. Namun sayang, lamar tersebut ditolak secara halus.

Akhirnya, Rasulullah pun menerima dan menghargai keputusan itu dengan lapang dada. Beliau menganggap lamarannya ditolak karena umurnya yang masih terlalu dini untuk menikah.

2. Seseorang dari Bani Makhzum telah melamar lebih dulu

Unsplash.com/Beatriz Perez Moya

Ternyata, alasan sesungguhnya Abu Thalib menolak Nabi Muhammad SAW adalah karena dia telah menerima lamaran dari seorang Bani Makhzum. Laki-laki tersebut bernama Hubairah yang dikenal dengan kekayaan dan keahliannya di bidang syair atau puisi.

Saat menolak lamaran Rasulullah, sebenarnya Abu Thalib secara tersirat telah mengungkapkan bahwa telah ada seseorang dari kabilah lain yang melamar anaknya. Dia berkata, “Orang yang telah bermurah hati harus dibalas dengan sikap serupa,” kata Abu Thalib. Tetapi, ternyata Rasulullah menganggap itu adalah salah satu sopan santun pamannya ketika menolak.

Saat itu, Bani Makhzum berkembang cukup pesat. Berbanding terbalik dengan Bani Hasyim, kabilah Abu Thalib dan Nabi Muhammad SAW, yang cenderung berkurang peranannya.

Pada masa itu, masyarakat Arab sangat memandang penting kabilah yang besar dengan jumlah anak laki-lakinya. Karena dari sanalah, peranan suatu kabilah dapat diukur.

Abu Thalib pun merasa harus membalas budi kabilah Bani Makhzum. Hal ini dikarenakan dahulu orang-orang dari Bani Makhzum telah menikahkan gadis-gadisnya kepada Bani Hasyim.

3. Fakhitah menikah dengan Hubairah, lalu ditinggal pergi

Unsplash.com/Petr Ovralov

Fakhitah pun akhirnya menikah dengan laki-laki pilihan ayahnya, Hubairah. Dari pernikahannya ini, Fakhitah dikaruniai empat orang anak, yaitu Hani, Amr, Ja’dah, dan Yusuf.

Saat Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasulullah, banyak orang yang mulai memeluk agama Islam. Namun, suami dari Fakhitah enggan masuk Islam dan memilih melarikan diri keluar Makkah.

Hubairah pergi ke Yaman dan melupakan istri dan anaknya begitu saja. Dia juga tidak pernah kembali ke Makkah hingga akhir hayatnya. Fakhitah pun menjadi janda dan mengasuh empat orang anaknya sendirian.

4. Rasul melamar Fakhitah untuk yang kedua kalinya

Pixabay.com/stocksnap

Cinta pertama memang selalu berkesan. Ketika ada kesempatan, Rasulullah pun kembali berniat meminang Fakhitah. Rasulullah kembali melamar Fakhitah dengan niat agar anak-anaknya dapat memiliki sosok Ayah. Namun, Fakhitah menolak lamaran Rasul yang kedua kalinya.

“Wahai Rasulullah, saya mencintaimu melebihi mata dan telingaku. Akan tetapi, bukankah hak seorang suami itu besar? Saya khawatir jika saya menerima engkau sebagai suami, perhatian saya terhadap diri dan anak-anak saya terabaikan. Namun, apabila saya lebih mementingkan anak-anak saya, saya khawatir tidak bisa memenuhi hak Baginda Rasul sebagai suami,” begitulah jawaban diplomatis Fakhitah ketika menolak lamaran Rasulullah yang kedua.

Rasulullah pun mengerti jawaban dari Fakhitah. Beliau menyanjung perempuan yang dikenal dengan nama Ummu Hani itu dengan sebutan, “Sebaik-baik perempuan yang menanggung unta adalah yang paling sayang kepada anak-anaknya yang masih kecil dan yang paling bisa menjaga harta suaminya.”

Peristiwa penolakan ini terjadi saat peristiwa Fathu Makkah (pembebasan kota Makkah). Fakhitah saat itu sudah menjadi seorang Muslim, namun suaminya bertahan dengan kekafirannya dan memilih melarikan diri. Maka dari itu, hukum pernikahan mereka pun rusak dan bercerailah kedua pasangan ini.

5. Berhubungan baik dengan Rasulullah

Pixabay.com/kranich17

Meski sudah menolak lamaran dari Rasulullah, namun Fakhitah masih berhubungan baik dengan Nabi Muhammad SAW. Rasulullah sering mengunjungi rumah Ummu Hani dan beristirahat di sana. Beliau pun sering menerima pendapat dan pertimbangan dari Ummu Hani tanpa pernah sekali pun menentang pendapatnya.

Suatu saat, Fakhitah didatangi oleh dua kerabat yang meminta perlindungannya karena akan dibunuh oleh adiknya, Ali bin Abi Thalib. Fakhitah pun menemui Rasulullah dan meminta pertolongan.

Rasulullah pun berkata, “Kami juga turut menjamin orang yang kau jamin, wahai Ummu Hani.”

6. Fakhitah menjadi perawi hadis Rasulullah

Pexels.com/Abdulmeilk Aldawsari

Peran Fakhitah dalam sejarah bukan hanya sebagai cinta pertama Nabi Muhammad SAW saja. Dia juga menjadi perawi hadis-hadis sahih Rasulullah yang tercatat dalam kitab hadis, seperti Sahih Al Bukhari, Sahih Muslim, dan Riyadush Shalihin.

Dikisahkan, tidak ada seorangpun yang melihat Nabi melakukan salah Shuha kecuali Fakhitah atau Ummu Hani.

Sesungguhnya dia pernah masuk ke rumah Rasulullah pada hari Fathu Makkah, lalu beliau mandi dan melakukan salat delapan rakaat. Aku tidak pernah melihat salah yang lebih ringan daripada itu, namun beliau tetap menyempurnakan rukuk dan sujudnya,” (H.R. Al Bukhari).

Itulah sosok Fakhitah, cinta kandas pertama Nabi Muhammad SAW yang dikenang dalam sejarah. Baginya, menjadi kerabat Rasulullah saja sudah menjadi anugerah yang agung.

Dari kisahnya, kita dapat mengambil pelajaran, tidak semua cinta yang kita inginkan digariskan Allah untuk kita.

IDN Media Channels

Latest from Single