Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Flexing Adalah Pamer, Ini Penyebab Beserta Cara Mengatasinya

Sering terjadi di media sosial

Nafi' Khoiriyah

Keberadaan media sosial saat ini memberikan banyak efek positif, tetapi juga tidak bisa terhindar dari dampak yang negatif. Salah satu fenomena media sosial yang menjadi sorotan akhir-akhir ini adalah fenomena flexing. 

Secara sederhana, flexing adalah perilaku pamer harta kekayaan. Kalau sebelumnya tindakan pamer tersebut dianggap tidak pantas, tetapi dengan adanya media sosial, flexing menjadi fenomena yang umum. 

Banyak orang kemudian memamerkan hartanya di media sosial, baik dalam bentuk barang-barang mahal maupun lifestyle yang glamour lainnya. Sebenarnya, bagaimana asal usul flexing dan apa penyebab serta dampaknya?

Simak penjelasannya dalam ulasan di bawah ini ya, Bela!

1. Apa itu flexing?

pexels.com/Elias de Carvalho

Flexing adalah ungkapan bahasa slang yang mengacu pada memamerkan atau melebih-lebihkan harta kekayaan. Menurut Cambridge Dictionary, flexing menunjukkan bahwa orang tersebut sangat bangga dan senang dengan sesuatu yang dimiliki dengan cara memamerkan yang membuat orang lain kesal. 

Hal yang dipamerkan itu bisa tentang pakaian, gaya hidup, mobil, rumah, maupun hal lainnya. Mereka yang memamerkan harta tersebut untuk menunjukkan status atau kekuatan ekonominya. 

Istilah ini bukanlah istilah yang baru. Flexing sudah disebutkan sejak tahun 1899 dalam buku karya Thorstein Veblen dalam bukunyaThe Theory of the Leisure Class: An Economic Study in the Evolution of Institutions.

Fenomena ini pada umumnya dilakukan di depan umum untuk memberi isyarat kepada orang lain dalam menyampaikan status tertentu. Dengan adanya media sosial, fenomena ini makin sering muncul. 

Contohnya saja para influencer yang memamerkan barang branded miliknya dan diunggah di media sosial. Meski begitu, fenomena ini tak jarang justru dimanfaatkan sebagai alat marketing perusahaan. 

2. Perilaku flexing

pexels.com/Karolina Grabowska

Namun, pandangan lainnya mengatakan kalau flexing banyak digunakan untuk memamerkan kekayaan yang sebenarnya tidak dimiliki. Mereka menganggap perilaku flexing adalah kepalsuan dan memaksakan diri supaya diterima oleh pergaulan. 

Sebab, orang kaya sungguhan biasanya tidak ingin menjadi pusat perhatian. Seperti dalam pepatah poverty screams, but wealth whispers yang maknanya kemiskinan menjerit, kekayaan berbisik. 

Semakin kaya seseorang, mereka biasanya justru ingin memiliki privasi dan tidak ingin menjadi pusat perhatian. Sedangkan flexing kini justru menjadi strategi marketing untuk membuat audience percaya. 

3. Penyebab flexing

pexels.com/Erik Mclean

Tindakan pamer ini bisa terjadi karena beberapa faktor berikut ini. 

1. Mencari perhatian 

Penyebab terjadinya perilaku flexing yang pertama adalah untuk mencari perhatian. Perhatian yang ingin mereka dapatkan bisa jadi ke orang-orang tertentu maupun perhatian publik secara menyeluruh. Maka dari itu, mereka melakukan apa saja untuk membuat dirinya menjadi perhatian, salah satunya dengan flexing memamerkan kepunyaannya. 

2. Masalah kepribadian 

Selain itu, masalah kepribadian tertentu juga bisa menjadi penyebab perilaku flexing. Ada beberapa masalah kepribadian yang membuat orang menginginkan pengakuan dari orang lain bahwa dirinya yang paling hebat dan lain sebagainya. 

3. Perasaan insecure 

Saat dirinya kurang dihargai dan tidak dianggap penting oleh orang lain, maka rasa insecure pun menghampirinya. Nah, cara untuk menyingkirkan perasaan tersebut salah satunya dengan melakukan tindakan flexing. Mereka ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dirinya berhak untuk diakui dan dihargai. 

4. Tekanan sosial 

Terakhir, tekanan sosial di lingkungan masyarakat tertentu juga bisa menjadi penyebab tindakan flexing. Sebab, lingkungan yang toxic biasanya akan terus menuntut orang yang ada di dalamnya untuk memamerkan kekayaan. 

4. Akibat flexing

unsplash.com/Jarritos Mexican Soda

Jika hal itu dibiarkan, dampak yang ditimbulkan dari perilaku flexing adalah seperti di bawah ini. 

1. Sulit mendapatkan teman 

Perilaku flexing sering kali membuat orang lain tidak nyaman. Hal itu juga terjadi pada hubungan personal orang yang melakukannya.

Sebab, banyak orang yang cenderung ingin berteman dengan orang yang selevel dengannya saja alih-alih berteman dengan orang yang berpenampilan dan berperilaku seolah-olah ia lebih berada. Akhirnya, orang yang flexing pun akan sulit mendapatkan teman karena tidak nyaman. 

2. Memaksakan keadaan 

Kemudian, flexing jika dibiarkan akan berdampak pada memaksakan keadaan. Sebab, mereka yang melakukannya akan terus menunjukkan eksistensinya dengan barang-barang mewah yang baru ataupun gaya hidup yang glamour.

Nah, hal tersebut berbahaya jika nantinya mereka tidak bisa memenuhi keinginannya. Kondisi tersebut justru akan menjadikannya memaksakan keadaan.  

3. Mengganggu kepribadian 

Terakhir, flexing juga bisa memengaruhi kepribadian karena sifatnya yang minim empati dan kompetitif. Hal-hal negatif lainnya pun bisa terbawa jika seseorang tidak bisa mengontrol dirinya. 

5. Cara menyikapi flexing

pexels.com/cottonbro studio

Jika kamu melihat seseorang melakukan tindakan ini maka cara menyikapi flexing adalah dengan cara seperti ini. 

1. Jangan dihiraukan 

Flexing bisa sangat beragam bentuknya, ada yang bersifat positif maupun sebaliknya. Namun, jika kamu melihat seseorang melakukan flexing dengan memamerkan harta seperti tas, gawai, maupun yang lainnya maka diamkan saja. Jangan sampai kamu justru merasa insecure karena hal semacam itu. 

2. Bersyukur dan tetap percaya diri 

Justru, melihat orang lain memamerkan kekayaannya, kamu bisa lebih bersyukur dengan menghargai proses yang dijalani. Sebab, setiap orang memiliki pencapaian tersendiri. Jangan sampai kamu merasa terintimidasi hanya karena pencapaian orang lain. 

3. Jangan bersaing 

Persaingan dalam hal harta kekayaan hanya akan berujung pada hal-hal yang toxic dan menimbulkan permasalahan baru. Permasalahan itu juga tidak akan selesai begitu saja jika semua orang menganggapnya sebagai persaingan. Kamu perlu menyadari bahwa setiap orang memiliki kemampuan dan waktunya masing-masing sehingga jangan membanding-bandingkan dengan orang lain. 

4. Jangan mempermalukannya

Meskipun kamu menyadari bahwa tindakannya adalah hal yang kurang tepat, tetapi kamu tidak berhak untuk mempermalukannya. Mempermalukan orang lain justru akan membuat mereka makin terpicu untuk melakukan tindakan flexing. Jadi, fokuslah pada diri sendiri dan lakukan hal-hal yang lebih penting untuk mengejar mimpimu. 

6. Cara menyikapi flexing di media sosial

freepik.com/rawpixel.com

Flexing memang sangat erat dengan media sosial. Nah, supaya tidak terjebak dalam perilaku ini di media sosial, berikut ini beberapa hal yang bisa kamu lakukan. 

1. Filter media sosial milikmu

Pertama, kamu perlu filter media sosial milikmu kalau tidak ingin terpengaruh dengan perilaku flexing. Pilih mana saja akun yang menurutmu memberikan impact yang positif alih-alih membuatmu merasa terpicu untuk pamer. 

2. Jangan dikendalikan media sosial

Selain itu, jangan mau dikendalikan oleh media sosial. Banyak orang yang kemudian membandingkan diri sendiri dengan orang lain setelah melihat media sosial. Padahal, kondisi setiap orang berbeda-beda dan tidak harus sama. 

3. Jadi inspirasi untuk orang lain

Terakhir, kamu juga perlu menyadari kalau media sosial juga bisa dimanfaatkan dengan bijak. Caranya adalah dengan unggahan yang inspiratif alih-alih pamer. Kamu bisa membagikan pengalaman yang kamu alami daripada hanya membagikan sesuatu agar kelihatan mewah. 

7. Cara agar tidak terjebak flexing

pexels.com/Anders Kristensen

Selanjutnya, ada beberapa cara agar kamu tidak terjebak dalam perilaku flexing. Cara agar tidak terjebak flexing adalah sebagai berikut. 

1. Fokus pada tujuan 

Melihat pencapaian orang lain terkadang justru membuat dirimu iri dan berujung pada tindakan pamer atau flexing itu sendiri. Padahal, jika kamu berfokus pada tujuan dan menghilangkan pikiran dari tindakan flexing orang lain, maka kerja kerasmu akan terbayar dengan sendirinya. 

2. Berpikir kritis

Selain itu, berpikir kritis sebelum bertindak juga bisa menghindarkan kita dari perilaku flexing. Sebelum melakukan sesuatu, pikirkan apakah perilaku tersebut bisa memberikan dampak negatif bagi orang lain atau tidak. 

3. Batasi penggunaan media sosial 

Media sosial menjadi salah satu tempat yang sering digunakan untuk membandingkan pencapaian, harta, dan kekayaan. Maka dari itu, supaya kamu tidak turut terkena arus perilaku semacam flexing, membatasi penggunaan media sosial menjadi cara yang tepat. 

4. Berhenti mencari validasi orang lain 

Terakhir, sadarkan diri bahwa pencapaian yang kamu rasakan adalah untuk dirimu sendiri, bukan orang lain. Maka dari itu, validasi orang lain tidaklah diperlukan karena ekspektasi mereka tentu berbeda dari ekspektasimu. 

8. Contoh perilaku flexing

pexels.com/cottonbro studio

Ada banyak contoh perilaku ini, salah satu contoh flexing adalah saat seorang influencer memamerkan baju buatan desainer ternama lalu diunggah melalui media sosial.

Contoh ini banyak ditemukan di media sosial karena hal itu paling tampak dilakukan. Namun tak menutup kemungkinan mereka benar-benar menyukai barang tersebut, ya. 

Selain itu, fenomena flexing juga sering dipakai sebagai alat marketing perusahaan. Mereka sering mengirimkan materi kepada influencer untuk menarik perhatian para calon konsumennya. Mereka sering memamerkan barang untuk menarik konsumennya. 

Jadi, flexing adalah fenomena pamer pencapaian, harta, maupun kekayaan yang kembali muncul karena dampak dari penggunaan teknologi media sosial. Dengan mengetahui pengertian serta dampaknya, fenomena ini semoga bisa berkurang dan tidak menimbulkan dampak negatif yang lainnya. 

IDN Media Channels

Latest from Single