Nama Reynhard Sinaga menjadi sorotan media massa, baik di dalam maupun luar negeri. Pemuda Indonesia berusia 36 tahun itu diputuskan bersalah dan dijatuhi hukuman seumur hidup atas kasus kekerasan seksual yang dilakukannya di Manchester, Inggris.
Berikut ini adalah fakta-fakta kasus kekerasan seksual yang dilakukan Reynhard Sinaga di Inggris.
Saat persidangan, hakim Suzanne Goddard menyebut Reynhard sebagai “seorang predator seksual jahat yang telah memangsa para pria muda”
“Dalam penilaian saya, kamu adalah orang yang sangat licik, pintar berbohong, dan berbahaya, sehingga tidak aman jika kamu dibebaskan,” kata Suzanne.
Dari empat sidang terpisah yang berjalan sejak pertengahan 2018 hingga akhir 2019 lalu, Reynhard dinyatakan bersalah atas 136 kasus perkosaan, di mana sejumlah korban diperkosa berkali-kali, 8 kasus percobaan perkosaan, 14 kasus kekerasan seksual, dan satu kasus kekerasan dengan penetrasi, dari 48 korban yang diidentifikasi polisi.
Polisi juga menyebut mereka tidak berhasil mengidentifikasi 70 korban lainnya dan diperkirakan korban Reynhard mencapai angka 190 orang. Polisi juga terbuka untuk informasi lainnya dari para korban lainnya untuk melapor.
Dalam melakukan aksinya, Reynhard menunggu para korban di klub malam dan bar, kemudian mengajak mereka pulang ke apartemennya. Tak jarang pula dia menawarkan para korban untuk minum dan bersantai di apartemennya atau membantu mereka mencarikan taksi.
Namun di apartemennya, dia memberikan obat bius dan melakukan tindak kekerasan seksual saat mereka tidak sadar. Ketika mereka bangun, banyak dari mereka tidak punya ingatan apa pun akan apa yang terjadi. Bahkan sebagian besar korban tidak tahu jika mereka adalah korban kekerasan seksual Reynhard sampai akhirnya dikontak oleh pihak kepolisian.
“Dia telah menghancurkan hidup saya. Saya harap dia tidak akan pernah keluar dari penjara dan membusuk di neraka,” ujar salah seorang korban dengan penuh emosi, seperti dilansir bbc.co.uk.
Reynhard, yang sedang kuliah PHD di Universitas Leeds, melakukan serangannya itu beberapa tahun lalu. Reynhard ditangkap pada Juni 2017, ketika satu orang korban tiba-tiba sadar saat sedang diperkosa. Dia melawan Reynhard dan langsung melapor ke polisi.
Ketika polisi menangkap Reynhard dan memeriksa ponselnya, mereka menemukan bahwa Reynhard selalu membuat video dalam setiap aksinya. Penemuan itu lantas meluncurkan penyelidikan perkosaan terbesar dalam sejarah Inggris.
“Kami menduga dia melakukan hal ini selama periode 10 tahun. Informasi dan bukti yang kami dapat kebanyakan dari cinderamata yang dia koleksi dari para korban, seperti kartu identitas, jam tangan, hingga ponsel curian,” tutur Mabbs Hussain, Kepala Polisi Unit Kejahatan Khusus Manchester.
Dalam pembelaannya di persidangan, Reynhard mengaku tidak bersalah, karena tindakannya itu dilakukan atas dasar suka sama suka dan ada persetujuan. Namun hal itu dibantah oleh para korban dan bukti-bukti yang melemahkan pernyataan Reynhard.
Polisi juga menemukan GHB (gammahydroxybutyrate) di apartemen Reynhard, obat yang digunakan Reynhard untuk membius para korbannya. Obat tersebut masuk ke obat kelas C di Inggris, di mana siapa saja yang memilikinya bisa dituntut dengan hukuman maksimal dua tahun penjara.
Setelah kasus ini merebak di Indonesia, pihak media berusaha untuk menghubungi keluarga Reynhard di Depok, Jawa Barat. Namun baik sang Ayah maupun Ibu menolak untuk berkomentar.
Dari penggambaran teman-temannya, Reynhard dikenal sebagai anak yang baik dan rajin beribadah. Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa Reynhard bisa melakukan hal sekeji itu.
Sementara itu Reynhard juga dikenal sebagai pria yang senang berpenampilan rapi dan bersih. “Dia sangat supel, ramah, dan gampang bergaul,” ujar salah seorang teman.