Di sisi lain, tekanan masyarakat akan pernikahan juga masih tinggi di Jepang. Sekitar 75 persen orang Jepang yang berusia 30-an tahun masih menganggap pernikahan sebagai tujuan hidup, seperti yang dilaporkan oleh Kantor Kabinet Jepang.
Beberapa anak muda heteroseksual, yang tidak menyukai pola pernikahan tradisional atau hubungan romantis, tetapi harus mengikuti tekanan dari masyarakat, akhirnya memilih untuk ikut dalam tren baru tersebut.
Orang-orang di Jepang memilih friendship marriage karena mereka tetap ingin terlihat stabil dan dewasa, tapi tak ingin menikah seperti definisi pernikahan yang umumnya. Citra tersebut mereka bangun demi kemajuan karier atau untuk menyenangkan orangtuanya.
Belum lagi, di Jepang, menikah akan membuat kamu memiliki keuntungan pajak. Ada beberapa perempuan single yang ingin punya anak, tanpa harus menikah. Lagi-lagi, friendship marriage akhirnya menjadi alternatif untuk hal tersebut. Lebih dari 70 persen pasangan yang memilih friendship marriage karena ingin memiliki anak.
Colorus mengatakan, meskipun jenis hubungan ini terkadang berakhir dengan perceraian, tetap ada keuntungan yang didapat. Keuntungan-keuntungan tersebut, termasuk menikmati manfaat polis, memiliki jalinan persahabatan, dan membantu mereka yang merasa tersesat, tidak menyukai pernikahan tradisional, atau menganggap diri mereka sebagai orang yang terbuang secara sosial.
Itulah penjelasan dari tren friendship marriage yang populer di Jepang. Bagaimana menurut kamu?