Seiring waktu, pandangan Syifa pun perlahan berubah, terutama setelah sang ibu menikah lagi. Ia mulai merasakan kasih sayang seorang ayah dari sosok ayah tirinya. Kehangatan dan perhatian yang diberikan membuatnya menyadari bahwa peran seorang suami atau ayah dalam keluarga bisa memberikan dampak yang besar dan positif.
"Pas aku akhirnya ketemu sama ayah aku yang sekarang gitu, 'Oh, ternyata it's nice to have someone, ya. It's nicer'. Dan aku juga awalnya kan nggak punya contoh hubungan yang baik tuh seperti apa. Jadi mungkin itu nggak jadi concern utama aku," katanya.
Seiring dengan pemahamannya tentang hubungan orang tua, Syifa pun mulai melihat pernikahan dari perspektif yang berbeda. Kini, ia merasa ingin menikah dan membangun keluarga. Dari proses belajar itu, ia menyadari bahwa pernikahan bukan sekadar soal bergantung pada pasangan, melainkan tentang membangun hubungan yang seimbang dan saling mendukung.
"Jadi, akhirnya ya udah aku belajar, belajar, dan belajar sampai, 'Oh ya sudah kayaknya aku pengin deh nikah, ngebangun keluarga'. Jadi aku belajar, ternyata pernikahan itu bukan cuma sekadar 'Berarti kalau aku nikah, aku jadi bergantung sama seseorang', nggak kayak gitu ternyata," tutur Syifa.