Puncak ego mereka terjadi saat pertengahan tahun 2024 lalu, di mana Jeong Hoon dan Moa menjalani long distance marriage selama 4 bulan. Moa Aeim membawa anak-anak mereka untuk sekolah di Amerika Serikat dan sudah merencanakan semuanya dengan baik, tanpa diskusi mendalam bersama Jeong Hoon.
Meski niatnya baik untuk memberikan pendidikan terbaik kepada anak-anak mereka, namun hal tersebut menjadi titik konflik rumah tangga keduanya seperti yang disampaikan. Jeong Hoon tak bisa ikut karena masih terikat kontrak pekerjaan, dan bahkan sudah memohon-mohon kepada Moa dan anak-anaknya untuk tidak pergi.
Jeong Hoon juga meminta agar Moa hanya mengantar anak-anaknya sekolah sebentar dan balik lagi ke Indonesia. Namun, Moa tinggal lebih lama bahkan memiliki pekerjaan juga. Hal itu membuat Jeong Hoon merasa ditinggalkan dan terbuang. Padahal, Jeong Hoon menikah karena tak ingin merasa kesepian. Ia juga sangat mendahulukan keluarga karena mereka sangat berarti.
Jeong Hoon juga harus menyelesaikan komunikasi dengan kedua orang tua mereka karena Moa pergi ke Amerika tanpa bilang dengan orang tua dan mertuanya. Hal tersebut membuat Jeong Hoon merasa sakit hati, karena ia sudah ditinggal sendiri dan harus menjadi kepala keluarga yang menjelaskan semuanya.
Saat menjalani hubungan jarak jauh tersebut, keduanya semakin menyadari kalau tak bisa hidup terpisah. Terutama Moa yang merasa kalau dirinya tak bisa jauh dari sang suami. Keduanya memang selalu bersama sepanjang 7 tahun menikah. Jeong Hoon sendiri mulai bisa beradaptasi dengan kesendiriannya dengan fokus kerja untuk membiayai keluarga.
Sampai akhirnya, keduanya pun bertemu lagi. Jeong Hoon sempat mendatangi keluarga kecilnya ke Amerika. Kini, Moa sendiri beserta dua anaknya yang masih kecil yang akhirnya kembali ke Indonesia untuk bersama-sama lagi dengan Jeong Hoon.