Batimung dimulai dengan menyiapkan air dalam wadah berupa periuk atau kuantan berisi air dengan bahan timungan. Rempah atau bahan timungan yang biasanya digunakan saat batimung berupa daun serai wangi, lengkuas, pandan, dilam (nilam), pudak setagal, irisan temugiring, purut daun atau buah jeruk, aneka bunga seperti melati, akar bunga kenanga (cananga orodata), mawar, cempaka (magnolia campaka), tuak-tuak, krim kulit kayu susu, dan lain-lain.
Semua bahan ini direbus bersama dan sesekali diaduk. Setelah mendidih, panci diangkat dan diletakkan di bawah dudukan. Calon pengantin diminta untuk duduk di kursi kecil setinggi sekitar 20 sentimeter, hanya mengenakan sarung tanpa celana dalam.
Kemudian, seluruh tubuhnya, kecuali kepala, akan diselimuti tikar purun berbentuk kerucut dan ditambah kain tebal lagi di bagian luar agar kelembapannya tetap terjaga. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan seluruh tubuh terkena uap sampai ke pori-pori tubuhnya.
Sesekali, air yang dimasak diaduk dengan alat yang telah disediakan hingga uapnya naik, sehingga mengeluarkan keringat sehat. Masuknya uap beraroma harum ke dalam pori-pori akan membuat tubuh menjadi harum.
Prosesi ini dilakukan hingga dirasa cukup. Setelahnya, badan dilap dengan handuk dan dibersihkan dengan air bersih. Batimung membuat tubuh tidak hanya wangi, tetapi juga terlihat lebih bersih karena kotoran yang menempel di badan pun ikut terlepas. Biasanya, Batimung dilakukan sebanyak tiga kali atau lebih untuk mengeluarkan keringat tubuh.