Sejak zaman kuno, orang-orang Tionghoa telah mempraktikkan pernikahan arwah sebagai bagian dari budaya dan adat istiadat agama mereka.
Keyakinan bahwa hantu membutuhkan persahabatan sangat tertanam dalam budaya China sehingga muncul praktik pernikahan arwah untuk memberikan almarhum pasangan hidup di akhirat.
Melakukan upacara ini juga memungkinkan keluarga untuk menjaga hubungan leluhur tetap hidup dan mempertahankan tradisi mereka.
Dalam beberapa kasus, pernikahan arwah juga dilakukan sebagai cara untuk mencegah anak perempuan yang belum menikah menjadi "hantu lapar" di akhirat.
Ini adalah “jenis” hantu yang ditakdirkan untuk berkeliaran tanpa henti, tanpa istirahat, atau tanpa kedamaian jika dia tidak memiliki seseorang untuk menemaninya sampai mati.
Diyakini, roh-roh yang tidak bahagia dapat membawa nasib buruk dan kemalangan pada mereka yang telah menganiayanya selama hidup. Jadi, menikahkan perempuan single dipandang sebagai cara untuk menghindari potensi bencana.
Alasan agama dalam melakukan pernikahan arwah juga ada. Terkadang, ini digunakan sebagai persembahan untuk dewa atau dewi yang terkait dengan ritual kematian dan kelahiran kembali.
Meskipun jumlah keluarga yang melakukannya telah menurun, tetapi alasan di baliknya tetap tidak berubah.