Unsplash.com/Jeremy Wong Weddings
Mitos mengenai larangan pernikahan di antara orang Sunda dan Jawa ternyata bermula dari peristiwa perang Bubat, yang terjadi pada 1279 Saka atau 1357 Masehi pada masa pemerintahan Raja Majapahit, Hayam Wuruk di Majapahit. Awalnya, terjadi rencana pernikahan politik di antara Hayam Wuruk dengan putri Raja Prabu Linggabuana yang berasal dari kerajaan Sunda bernama Dyah Pitaloka Citraresmi.
Suatu ketika, Hayam Wuruk mengirimkan utusan kepada Linggabuana untuk menyampaikan keinginannya menikahi Dyah Pitaloka Citraresmi. Prabu Linggabuana pun lantas mengantarkan sang putri ke Majapahit.
Namun tak disangka, ketika rombongan Sunda berkemah di sebuah lapangan bernama Bubat yang dipercaya berlokasi di Jawa Timur, rombongan Sunda berseteru dengan Gajah Mada yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Ironisnya, akibat kejadian itu, seluruh anggota kerajaan Sunda tewas seketika. Dengan demikian, pernikahan di antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka Citraresmi pun gagal dilaksanakan.
Hayam Wuruk kemudian diceritakan sangat berduka atas kejadian tersebut. Ia bahkan tak henti mengirimkan surat permohonan maafnya kepada kerajaan beserta masyarakat Sunda. Kerajaan Majapahit pun mengalami kemunduran, setelah meninggalnya Gajah Mada pada tahun 1364 Masehi, dan Hayam Wuruk pada 1389 Masehi.
Oleh sebab inilah, larangan pernikahan di antara orang Sunda dan Jawa pun tersebar luas di masyarakat.