Hukum Suami Membandingkan Istri dengan Wanita Lain dalam Islam

Membandingkan istri dengan wanita lain tentu bukanlah tindakan terpuji dari seorang suami. Mengutip laman Konsultasi Muslim, sikap suami seperti ini tak hanya berpotensi melukai hati istri, melainkan juga termasuk kufur nikmat atau sikap tidak bersyukur kepada Allah SWT. 

Oleh karenanya, hukum ketika suami membandingkan istrinya dengan wanita lain adalah dosa. Patutnya suami memperlakukan istri sebaik mungkin dengan penuh cinta dan pengertian. Karena di dalam Islam sendiri, memuliakan dan menyenangkan hati istri adalah sebuah bentuk kewajiban dari seorang suami.

Sebagaimana yang tertuang di dalam hadis Rasulullah SAW. Muawiyah bin Haidah pernah bertanya kepada beliau,

“Wahai Rasulullah, apa saja hak istri terhadap suaminya?” Rasulullah pun menjawab, “Engkau beri makan istrimu apabila engkau makan, dan engkau beri pakaian bila engkau berpakaian. Janganlah engkau memukul wajahnya, jangan menjelekkannya, dan jangan mendiamkannya kecuali di dalam rumah.” (HR. Abu Dawud)

Dapat disimpulkan dari hadis di atas bahwa suami mesti memperlakukan istrinya dengan sebaik mungkin, termasuk untuk tidak melakukan hal-hal yang menyakiti hatinya, seperti membandingkan istri dengan wanita lain.

Setelah mengetahui hukum suami membandingkan istri dengan wanita lain adalah dosa, maka suami patut memahami cara-cara dalam membahagiakan hati istri dalam Islam. Jika dipahami dengan baik, niscaya akan membawa keharmonisan dalam rumah tangga.

Yang pertama tentu saja dengan memberi istri nafkah yang layak. Karena memberikan nafkah kepada istri merupakan kewajiban utama suami di dalam pernikahan. Dalil mengenai hal ini ialah di dalam surat Al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi:

وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَاۚ لَا تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ ۢ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذٰلِكَۚ فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَاۗ وَاِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْٓا اَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اٰتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ ۝٢٣٣

Wal-wâlidâtu yurdli‘na aulâdahunna ḫaulaini kâmilaini liman arâda ay yutimmar-radlâ‘ah, wa ‘alal-maulûdi lahû rizquhunna wa kiswatuhunna bil-ma‘rûf, lâ tukallafu nafsun illâ wus‘ahâ, lâ tudlârra wâlidatum biwaladihâ wa lâ maulûdul lahû biwaladihî wa ‘alal-wâritsi mitslu dzâlik, fa in arâdâ fishâlan ‘an tarâdlim min-humâ wa tasyâwurin fa lâ junâḫa ‘alaihimâ, wa in arattum an tastardli‘û aulâdakum fa lâ junâḫa ‘alaikum idzâ sallamtum mâ âtaitum bil-ma‘rûf, wattaqullâha wa‘lamû annallâha bimâ ta‘malûna bashîr

Artinya:

“Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya. Janganlah seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan jangan pula ayahnya dibuat menderita karena anaknya. Ahli waris pun seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) berdasarkan persetujuan dan musyawarah antara keduanya, tidak ada dosa atas keduanya. Apabila kamu ingin menyusukan anakmu (kepada orang lain), tidak ada dosa bagimu jika kamu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Suami sangat dianjurkan untuk bersikap baik terhadap sang istri. Selain tidak diperbolehkan untuk membandingkannya dengan wanita lain, suami dilarang untuk memperlakukannya secara kasar, baik secara verbal, apalagi fisik, yang mana akan melukai perasaan istri. Seorang suami hendaknya mencontoh sikap Rasulullah SAW, sebab beliau tidak pernah sekalipun melakukan tindakan yang dapat menyakiti istrinya.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW juga menerangkan bahwa suami yang paling baik ialah yang memuliakan istrinya:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap perempuannya (istrinya).” (HR. Ibnu Majah No. 1978)

Suami juga mesti mencintai istrinya dengan hati yang tulus. Ini bisa ditunjukkan dengan berbagai hal, mulai dari mengucapkan kata-kata penuh kasih sayang, memberikan hadiah, menyediakan waktu kebersamaan yang berkualitas, membantunya dalam berbagai kegiatan, hingga memberikan sentuhan fisik yang membuatnya merasa aman, terlindungi, dan disayangi, seperti memeluk dan menciumnya.

Itulah tadi penjelasan mengenai hukum suami membandingkan istri dengan wanita lain. Setelah membaca informasi di atas, maka hendaknya suami dapat terus belajar untuk berlaku baik dan penuh kasih sayang terhadap istrinya.