Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
top-view-wedding-planning-resources-arrangement.jpg
Freepik.com

Intinya sih...

  • Ratusan pasangan mengaku tidak menerima layanan sesuai kontrak, termasuk hilangnya katering di hari acara.

  • Total kerugian ditaksir mencapai Rp15–16 miliar dengan korban dari berbagai daerah.

  • Pemilik WO mengakui manajemen keuangan berantakan dan kasusnya kini masuk proses hukum meski belum ada kejelasan pengembalian dana.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Hari pernikahan selalu digambarkan sebagai momen sekali seumur hidup yang penuh kebahagiaan, haru, dan rasa syukur. Banyak pasangan menabung bertahun-tahun demi mewujudkan hari istimewa yang mereka impikan. Segala persiapan mulai dari venue, dekorasi, katering, hingga dokumentasi biasanya dilakukan dengan matang, salah satunya dengan bantuan wedding organizer (WO)yang dipercaya mengelola keseluruhan acara.

Sayangnya, tidak semua rencana dapat berjalan sesuai harapan. Ketika vendor yang diandalkan justru mengecewakan, dampaknya tidak hanya pada acara yang berantakan, tetapi juga pada kondisi emosional dan finansial calon pengantin. Kondisi inilah yang terjadi pada ratusan pasangan yang menggunakan jasa WO milik Ayu Puspita. Kasus dugaan penipuan ini menjadi sorotan besar di media sosial setelah acara pernikahan pada Sabtu (6-12-2025) di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara diduga bermasalah bersamaan.

Berikut deretan fakta lengkap di balik kasus yang merugikan ratusan pasangan di Indonesia. Yuk, simak!

1. Tidak sesuai perjanjian

Instagram.com/byayupuspitaa

Banyak pasangan yang memercayakan hari bahagia mereka kepada WO milik Ayu Puspita mengaku tidak menerima layanan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Salah satu masalah paling besar adalah absennya katering pada hari acara, padahal dekorasi sudah terpasang lengkap. Kondisi tersebut membuat acara berantakan dan menimbulkan kepanikan di lokasi karena keluarga pengantin harus mengambil keputusan cepat.

Tidak sedikit keluarga yang akhirnya harus mencari alternatif katering dadakan hanya beberapa jam sebelum acara dimulai. Situasi ini tentu tidak ideal, mengingat persiapan pernikahan biasanya dilakukan jauh-jauh hari. Para korban menyebut bahwa WO tidak memberikan klarifikasi yang memadai, sehingga banyak pihak merasa ditinggalkan begitu saja tanpa penjelasan.

2. Kerugian mencapai puluhan miliar dengan korban ratusan pasangan

Freepik.com

Hingga Minggu (7-12-2025), jumlah korban dari dugaan penipuan WO By Ayu Puspita terus bertambah. Tercatat sekitar 230 pasangan menjadi korban dugaan penipuan dengan total kerugian ditaksir mencapai Rp15-16 miliar, baik yang sudah menggelar acara maupun yang masih menunggu jadwal pernikahan.

Diketahui, para korban berasal dari berbagai wilayah seperti Cileungsi, Bogor, Cimanggis, hingga Bekasi. Besarnya kerugian memicu kemarahan publik karena banyak pasangan telah mengumpulkan dana bertahun-tahun demi mewujudkan pernikahan impian. Tidak sedikit yang kini terpaksa mengulang persiapan dari awal atau bahkan menunda pernikahan karena kehilangan dana dalam jumlah besar.

"Korbannya banyak, ada yang dari Cileungsi, Bogor, Cimanggis, Bekasi, dan ada juga yang datang ke sini (Polsek Cipayung). Karena sudah ada laporan di Polda, korban-korban itu langsung diarahkan ke Polda Metro," jelas Kanit Reskrim Polsek Cipayung Iptu Edy Handoko saat wawancara media.

3. Menawarkan paket pernikahan murah

Instagram.com/byayupuspitaa

Salah satu alasan banyak calon pengantin tertarik menggunakan WO Ayu Puspita adalah penawaran paket pernikahan yang terlihat sangat menarik. Menurut pengakuan para korban, WO tersebut menawarkan harga yang jauh lebih murah dari rata-rata vendor dengan fasilitas lengkap dan bonus tambahan yang menggiurkan. Hal inilah yang membuat banyak pasangan akhirnya memutuskan untuk menggunakan layanan mereka.

Namun, di balik harga miring tersebut, muncul dugaan bahwa WO memang sudah merancang skema yang berpotensi merugikan klien. Para korban mengatakan bahwa promosi dilakukan cukup agresif, baik melalui media sosial maupun pameran pernikahan. Sayangnya, janji manis di awal tidak sebanding dengan realisasi di lapangan yang justru menimbulkan kerugian besar.

4. Manajemen keuangan berantakan

Pinterest.com

Ayu Puspita sendiri mengakui bahwa manajemen keuangan perusahaannya kacau dan tidak terkendali. Ia menyampaikan bahwa dana dari klien baru maupun hasil pameran digunakan untuk menutupi tanggungan acara sebelumnya. Skema gali lubang, tutup lubang ini akhirnya runtuh karena tidak mampu mengimbangi kebutuhan operasional dan jadwal acara yang terus berjalan.

Dalam pengakuannya kepada awak media, Ayu mengungkapkan bahwa sebagian dana klien bahkan digunakan untuk membayar uang muka rumah pribadinya. Ia menyebut sedang berusaha menjual rumah tersebut untuk mengembalikan dana para korban.

β€œSaya menggunakan sebagian dana untuk membayar uang muka rumah, tapi sedang berusaha menjual rumah tersebut untuk mengembalikan uang klien,” ujar Ayu saat ditemui awak media.

Namun, pernyataan ini justru memicu kemarahan publik karena dianggap sebagai bentuk penyalahgunaan dana yang sangat fatal.

5. Terduga pelaku sempat dibebaskan

Instagram.com/byayupuspitaa

Beberapa informasi yang beredar menyebutkan bahwa Ayu Puspita sempat dibawa ke Mapolda Metro Jaya oleh salah satu keluarga korban. Ia menjalani pemeriksaan selama empat jam sebelum akhirnya dibebaskan dengan alasan telah melakukan negosiasi dengan salah satu pihak. Keputusan pembebasan ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan korban karena dianggap tidak memberikan kepastian hukum yang jelas.

Meski sudah dilakukan negosiasi, banyak korban mengaku belum menerima pengembalian dana ataupun solusi konkret dari pihak WO. Situasi ini membuat para korban bergerak secara kolektif, mengumpulkan bukti, dan terus berkoordinasi untuk menempuh jalur hukum.

Hingga kini, kasus penipuran WO milik Ayu Puspita masih menunggu tindak lanjut resmi dari pihak berwenang. Para korban pun kini berharap proses hukum berjalan lancar dan dana mereka dapat kembali. Bagaimana menurut kalian, Bela?

Editorial Team