instagram.com/entelekeymediaid
Berbeda dari film-film horor yang biasa tayang, film ini mengangkat budaya Tionghoa, salah satu etnis yang cukup banyak di Indonesia namun kurang tersorot. Khususnya, film ini memadukan unsur horor dan kebudayaan serta tradisi pernikahan, yaitu pernikahan arwah.
“Dengan pendekatan terhadap budaya dan tradisi Tionghoa di Indonesia yang tidak banyak diangkat ke layar lebar, kami berharap film ini dapat memberikan pengalaman horor yang baru dan berkesan bagi penontonnya.” kata Paul Agusta selaku sutradara.
Pernikahan arwah (冥婚 Mínghūn) dalam masyarakat Tiongkok merupakan sebuah tradisi. Mempelai dari prosesi pernikahan ini adalah orang yang sama-sama sudah meninggal atau orang yang sudah meninggal menikah dengan orang yang masih hidup.
Dalam konsep kehidupan masyarakat Tiongkok, Yin dan Yang sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Setiap orang memiliki jiwa yang baik dan buruk, jiwa-jiwa tersebut setelah meninggal memiliki kebutuhan yang sama dengan manusia yang masih hidup, maka keluarga yang masih hidup akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan leluhur atau kerabat yang meninggal terdahulu. Salah satunya adalah dengan melaksanakan pernikahan arwah.
Pernikahan tradisional menjadi cara untuk memastikan bahwa orang yang sudah meninggal memiliki pasangan di akhirat. Kepercayaan tradisional Tiongkok menyebut tradisi ini dapat membantu memulihkan keseimbangan antara dua keluarga yang kehilangan seorang anak.
Banyak orang juga percaya bahwa jika mereka tidak melakukan upacara pernikahan arwah untuk anggota keluarga yang telah meninggal, maka dapat membawa nasib buruk. Masih banyak masyarakat Tiongkok yang masih melakukan tradisi ini, walau banyak juga yang mulai meninggalkannya.