Ibuku berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Ia dibesarkan bersama dengan 5 adiknya yang lain. Saat ibu baru menginjak sekolah menengah pertama, ia selalu diminta untuk segera pulang ke rumah untuk mengajak 5 adiknya yang lain bermain.
Sekolah ibu memang tidak jauh dari rumahnya, sehingga ia pergi dan pulang sekolah dengan berjalan kaki. Lagi pula, kondisi perekonomian keluarga ibuku sangat pas-pasan. Mereka tidak memiliki kendaraan sama sekali, bahkan sepeda sekalipun, yang menyebabkan kakekku harus berjalan beberapa kilometer terlebih dahulu baru bisa menaiki bis untuk pergi bekerja.
Hal ini menyebabkan ibu jadi tidak punya waktu untuk bermain bersama dengan teman sebayanya, yang membuat ibu jadi cukup tertutup untuk bergaul di usia remaja.
Singkat cerita, ketika ibu dan ayah telah menikah dan akhirnya memiliki aku sebagai anak pertama mereka, ibu tidak pernah membatasiku untuk bermain bersama teman sebayaku. Padahal, di masa lalu ibu tidak punya kebebasan untuk bermain dengan teman-temannya.
Ibu selalu berkata padaku untuk memperluas pertemananku. Ibu paham bahwa meskipun di masa lalu ibu bak dibebankan sebagai anak pertama yang perlu merawat dan mengajak bermain adik-adiknya, tapi ibu tidak mau melihat hal itu terjadi padaku.
"Kamu harus perluas pertemananmu anakku. Yang terpenting, ingatlah untuk memilih teman yang baik dan menghargaimu."
Di saat itulah aku tahu bahwa ibu tidak mau membatasi anak-anaknya dan menyadari jika anak pertama tidak seharusnya menjadi 'orangtua' bagi adik-adiknya.
Meski aku tahu ibu masih punya kesedihan karena masa remajanya bak terenggut, tapi ibu tidak mau hal itu terjadi padaku.
Jadi itulah 5 cerita inspiratif tentang ibu. Cerita mana yang jadi favoritmu, Bela?