Bagi Gen Z, istilah “pacaran” itu sudah seperti jenjang serius atau perjalanan yang punya tujuan pasti (yakni hubungan asmara). Berbeda dengan generasi yang lebih tua yang memandang ‘pacaran’ sebagai sesuatu yang lebih kasual tanpa tujuan atau akhir yang pasti.
Anak muda saat ini lebih suka menjalin hubungan pertemanan terlebih dahulu, tanpa ada tekanan dan beban ekspektasi apa pun. Bukan berarti juga menolak keinginan untuk menjalin hubungan asmara.
Gen Z cenderung berpikir mereka lebih baik memulai hubungan sebagai teman dan lebih terbuka dengan tujuan akhirnya meskipun itu tidak selalu berakhir dengan hubungan asmara. Mereka lebih suka menggunakan istilah yang tidak spesifik menjurus pada sebuah hubungan tertentu sebelum mereka siap atau ingin.
Karena itu, muncul istilah seperti “vibing” (cuma bersantai), “kicking it” (bersantai bareng teman), “deep liking” (diam-diam menyukai postingan/foto seseorang), “sneaky link” (diam-diam berkencan dengan seseorang). Hubungan teman tapi mesra terasa lebih sesuai dengan pandangan anak muda.
Namun, jangan sampai salah mengartikan. Bagi Gen Z, jenis hubungan ini utamanya adalah tentang membangun kedekatan dan menghabiskan waktu secara akrab/hangat dengan seseorang yang baru, bukan sekadar untuk tujuan seks.
Mengenal orang lain–dan punya kesempatan untuk mengenalnya lebih dalam–masih menjadi tujuan para Gen Z. Terkait hal itu, studi terkini pada lajang usia 18-25 tahun menunjukkan bahwa makin banyak yang memilih ‘membangun hubungan yang kuat’ sebagai prioritas (naik 10% sejak 2020).
Namun, alasannya bukan karena ingin langsung menikah, tapi lebih tentang kesenangan murni bertemu orang baru yang beragam (63%), menjalin koneksi baru (61%), dan mendapatkan pengalaman baru, menurut sebuah studi terpisah.
Itulah tren pacaran Gen Z di tahun 2023 berdasarkan Tinder, yang mengutamakan diri sendiri dan menjadi diri sendiri. Kamu para Gen Z setuju nggak?