Salah satu alasan mengapa PTRS perlu subkategori sendiri di luar PTSD adalah karena perbedaan di antara keduanya. Menurut Caroline, orang yang mengalami PTRS mengalami gejala relasional, bukan gejala penghindaran ciri khas yang terkait dengan diagnosis PTSD atau CPTSD (complex PTSD).
Orang dengan PTSD atau CPTSD cenderung menghindari hal-hal yang terkait atau mengingatkannya akan trauma yang dimiliki. Misalnya saja seperti tempat-tempat tertentu, peristiwa, atau bahkan pikiran dan perasaan.
Nah, hal itu belum tentu terjadi pada orang dengan PTRS. Sebaliknya, orang dengan PTRS bisa mengalami serangkaian gejala yang berbeda, yang secara khusus berkaitan dengan hubungannya dengan orang lain.
Beberapa contoh yang umum terjadi adalah kesulitan mempercayai orang lain, kesepian atau isolasi, terburu-buru menjalin hubungan baru, rasa malu, rasa bersalah, menyalahkan diri sendiri, dan percaya bahwa dunia tidak aman. Semua hal itu mungkin akibat dari bagaimana seseorang merasa terluka dalam hubungan abusive yang dialaminya.
Namun, PTSD dan PTRS juga memiliki gejala yang sama. Menurut ahli, kedua kondisi tersebut melibatkan gejala yang disebut re-experiencing symptoms, seperti memiliki kilas balik atau ingatan berulang atau mimpi tentang trauma mereka; dan arousal and reactivity symptoms, seperti merasa mudah terkejut atau tegang dan merasa mudah tersinggung atau meledak-ledak marah.