Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
Birthday getaway mode-ONHappy birthday to me! I’m not aging, but i’m vintage like a fine wine 😉.jpg
Instagram.com/zolathematchmaker

Intinya sih...

  • Matchmaker bukan cuma “mak comblang”

  • Kliennya eksklusif dari Gen Z sampai CEO Heart Inc

  • Lebih aman dibanding dating app

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di tengah era dating apps yang serba instan, ternyata masih banyak orang yang memilih jalan lain untuk menemukan cinta. Salah satunya lewat jasa matchmaking. Kalau dulu identiknya dengan mak comblang, kini profesi matchmaker berkembang jauh lebih profesional.

Popbela sempat mengobrol langsung dengan Zola Yoana, seorang global matchmaker sekaligus pendiri Heart Inc, dalam acara Private Screening 'Materialists', Rabu (20-8-2025) di CGV FX Sudirman. Dari obrolan ini, ada banyak insight menarik soal bagaimana dunia matchmaking bekerja dan kenapa profesi ini masih relevan sampai sekarang. Yuk, intip beberapa fakta di balik profesi matchmaker yang berhasil Popbela rangkum!

1. Matchmaker bukan cuma “mak comblang”

Popbela.com/Windari Subangkit

Kalau kamu kira tugas matchmaker hanya mempertemukan dua orang, ternyata itu salah besar, Bela. Menurut Zola Yoana, perannya lebih luas daripada itu.

“Sebenarnya profesi matchmaker itu nggak hanya me-matching-kan, tapi juga guide mereka untuk sukses dalam hubungan,” jelas pendiri perusahaan matchmaking, Heart Inc. ini.

Artinya, klien nggak hanya dipertemukan dengan pasangan potensial, tapi juga dibimbing supaya siap dan bisa menjaga hubungan sehat jangka panjang.

2. Kliennya eksklusif dari Gen Z sampai CEO

Instagram.com/zolathematchmaker

Heart Inc. bukan sembarang biro jodoh. Kriteria untuk menjadi klien di sini cukup ketat, terutama soal kemandirian finansial.

“Yang pasti mereka financially independent, financially secure, looking for love, ready for love. I only work with certain clients, either mereka CEO, entrepreneur, professional, doctor, lawyer,” ungkap Zola.

Menariknya, sekarang kliennya makin beragam, termasuk Gen Z usia 25 tahun yang sudah merasa siap berkomitmen. Ini membuktikan kalau keseriusan dalam mencari pasangan nggak melulu datang di usia matang.

3. Lebih aman dibanding dating app

Instagram.com/zolathematchmaker

Dating apps memang populer, tapi banyak juga yang merasa lelah dengan swipe culture dan risiko ketemu profil palsu. Nah, di sinilah matchmaking punya kelebihan ketimbang cari jodoh di dating apps.

“Kalau ini (matchmaker) kan memang udah ngobrol, ketemu, orangnya dicari tahu dulu dia gimana. One-on-one, jadi lebih private and personalized. Jadi udah pasti ada screening dulu, kalau online (dating) kan enggak,” kata Zola.

Dengan proses kurasi, klien bisa lebih tenang karena tahu mereka bertemu dengan orang yang memang sama-sama mencari hubungan serius.

4. Tantangan terbesar datang dari mindset klien sendiri

Popbela.com/Windari Subangkit

Sebagai seorang praktisi di dunia relationship, Zola menuturkan bahwa banyak orang kesulitan menemukan pasangan bukan karena kurangnya kesempatan, melainkan karena pikiran mereka sendiri.

“Overall sebenarnya yang paling sering blocking single untuk ketemu the right one adalah their mindset. Misalnya, terlalu fokus ke hal-hal surface kayak tinggi (badan), gaji, atau tipe tertentu. Padahal yang penting itu mengenal lebih dalam,” tutur Zola.

Insight ini juga sejalan dengan riset Psychology Today, yang menyebut kalau orang cenderung gagal dalam relationship bukan karena kurang chemistry, tapi karena ekspektasi yang kaku dan sulit kompromi.

5. Nggak hanya matchmaking, tapi juga trauma healing

Instagram.com/zolathematchmaker

Ternyata, Heart Inc. juga punya layanan tambahan berupa terapis dan psikolog untuk klien yang masih punya “luka lama”. Hal ini penting, karena punya hubungan sehat dimulai dari individu yang juga sudah sehat secara emosional.

“Ada (klien) yang masih punya excess baggage, trust issue, atau trauma yang belum selesai. Biasanya aku lihat dari situ, kalau memang butuh support lebih, kita arahkan ke therapist,” jelas Zola.

Profesi matchmaker di era modern bukan sekadar comblang, tapi lebih mirip relationship coach yang membantu orang menemukan pasangan sekaligus memperbaiki diri. Seperti kata Zola, kunci menemukan cinta tetap ada di mindset yang terbuka dan kesediaan untuk benar-benar siap menjalani hubungan.

Tertarik untuk mencoba jasa matchmaker, Bela?

Editorial Team