Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan fearful avoidant (freepik.com/freepik)
ilustrasi pasangan fearful avoidant (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Orang dengan gaya keterikatan fearful avoidant punya pandangan negatif terhadap diri sendiri dan kesulitan membangun hubungan romantis yang tahan lama.

  • Mereka memiliki tingkat kecemasan yang tinggi akibat pengasuhan tidak konsisten di masa kecil, serta menunjukkan sikap tarik ulur dalam hubungan.

  • Kesulitan berkomitmen, mengatur emosi, masalah kepercayaan, komunikasi, takut akan ditinggalkan, dan sering memutuskan hubungan tanpa alasan jelas juga menjadi ciri dari fearful avoidant.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pembahasan mengenai attachment style atau gaya keterikatan kini makin ramai diperbincangkan. Sebab, banyak yang makin menyadari bahwa gaya keterikatan yang terbentuk akibat pola pengasuhan orang tua atau sosok pengasuh di masa kecil dapat mempengaruhi sikap seseorang di dalam hubungan romantisnya di usia dewasa. Seperti halnya jika ia mempunyai salah satu gaya keterikatan tidak aman, yakni fearful avoidant.

Fearful avoidant adalah gaya keterikatan yang membuat seseorang menginginkan kedekatan dengan orang lain, tapi di saat yang bersamaan merasa takut akan hal tersebut. Rupanya, hal ini berakar dari keyakinan keliru yang mereka bawa sejak kecil, di mana kedekatan memicu penolakan dan ditinggalkan, yang disebabkan oleh pola pengasuhan yang tidak aman dan inkonsisten.

Akibatnya, ketika beranjak dewasa, mereka rentan menyabotase hubungan, seperti bersikap tidak konsisten pada pasangan, ataupun tiba-tiba menarik diri dari hubungan demi melindungi diri mereka dari potensi rasa sakit.

Untuk lebih jelasnya mengenai fearful avoidant, berikut Popbela telah merangkum ciri selengkapnya untukmu. Keep scrolling!

1. Mempunyai pandangan negatif terhadap diri sendiri

ilustrasi cowok insecure (pexels.com/Andrew Neel)

Orang dengan gaya keterikatan fearful avoidant kerap kali mempunyai pandangan negatif terhadap diri sendiri, yang membuat mereka merasa insecure. Mereka juga mempunyai perasaan takut akan penolakan yang tinggi, sehingga tak jarang mereka merasa kesulitan untuk membangun hubungan romantis yang tahan lama dan harmonis.

2. Punya tingkat kecemasan yang tinggi

ilustrasi laki-laki merasa cemas (freepik.com/freepik)

Kecemasan adalah karakteristik lainnya yang dimiliki orang-orang fearful avoidant. Hal ini disebabkan karena di masa kecil, mereka dibesarkan sosok orang tua atau pengasuh yang tidak konsisten, melakukan tindak kekerasan, maupun kerap mengabaikan kebutuhan mereka. Pada akhirnya, mereka merasa tidak cukup aman untuk membangun hubungan ketika tumbuh dewasa.

3. Menunjukkan sikap tarik ulur dalam hubungan

ilustrasi cowok chatting (freepik.com/senivpetro)

Sebenarnya, orang-orang dengan keterikatan fearful avoidant sangat mengharapkan kedekatan dengan orang lain. Sayangnya, mereka cenderung menyabotase hubungan dengan menunjukkan sikap tarik ulur. Jika seseorang mendekat kepada mereka, perasaan takut untuk menunjukkan kerentanan pun muncul, yang mana membuat mereka malah mendorong orang lain untuk menjauh.

4. Kesulitan berkomitmen

ilustrasi pasangan berkencan (freepik.com/freepik)

Berkomitmen di dalam sebuah hubungan menjadi salah satu tantangan yang dialami bagi fearful avoidant. Sebab, komitmen dianggap sebagai sebuah ancaman bagi kebebasan dan keamanan hidup mereka. Ini juga jadi sebuah cara untuk menghindari rasa sakit yang bisa saja mereka alami di dalam hubungan.

Selain itu, mereka juga membawa keyakinan keliru bahwa mereka tidak layak untuk dicintai, maupun mempunyai hubungan yang sehat dan penuh cinta. Hal ini berasal dari trauma masa kecil tentang sikap pengasuh atau orang tua yang mengabaikan atau meninggalkan mereka.

5. Kesulitan mengatur emosi

ilustrasi pasangan berantem (pexels.com/Timur Weber)

Akibat mengalami pengasuhan yang negatif di masa lalu, orang-orang dengan keterikatan fearful avoidant jadi kesulitan untuk mengatur emosi mereka. Tak jarang mereka mengalami perubahan suasana hati yang cepat, kesulitan dalam mengekspresikan emosi, serta cenderung bersikap reaktif terhadap situasi tertentu.

6. Mempunyai masalah kepercayaan

ilustrasi pasangan berantem (pexels.com/Vera Arsic)

Karena dibesarkan oleh orang tua ataupun pengasuh yang tidak mampu memberikan rasa aman, pada akhirnya membuat fearful avoidant mempunyai masalah kepercayaan dalam hubungan romantis. Mereka kesulitan untuk mempercayai pasangan, juga menunjukkan sisi rentan mereka. Karena apabila mereka melakukan hal tersebut, hanya akan memantik rasa takut dan kecemasan.

7. Mempunyai masalah komunikasi

ilustrasi pasangan berantem (pexels.com/RDNE Stock project)

Saat menghadapi konflik, orang dengan gaya keterikatan ini sering menghindari maupun menutup komunikasi dengan pasangan. Hal ini dilakukan karena komunikasi yang jelas dan sehat berpotensi memicu perasaan takut akan penolakan juga ditinggalkan. Bukannya membuat kondisi membaik, penghindaran terhadap pembicaraan di situasi konflik justru membuat pasangan mereka merasakan kebencian dan sulit untuk menghargai mereka.

8. Kerap merasa takut akan ditinggalkan

ilustrasi laki-laki merasa takut (pexels.com/Timur Weber)

Walaupun sering kali mendorong orang lain untuk menjauh, pada dasarnya fearful avoidant punya perasaan takut akan ditinggalkan yang tinggi. Hanya saja karena mereka belum menyadari dan memahami perilaku sabotase mereka, seperti bersikap panas dingin, ataupun menciptakan konflik, justru malah membuat orang lain benar-benar meninggalkan mereka.

9. Kerap memutuskan hubungan tanpa alasan yang jelas

ilustrasi putus cinta (pexels.com/RDNE Stock project)

Akibat rasa takut untuk berkomitmen dan membangun kedekatan dengan orang lain, merupakan hal umum bagi fearful avoidant untuk memutuskan hubungan tanpa adanya alasan yang jelas. Mereka bisa tiba-tiba menghilang alias meng-ghosting pasangan tanpa penjelasan ataupun closure.

Nah, setelah memahami bahwa fearful avoidant adalah gaya keterikatan tidak aman yang mempengaruhi seseorang dalam hubungannya, bagaimana pendapatmu mengenai hal ini, Bela?

Editorial Team