Otak kita berevolusi untuk melacak perilaku orang lain dalam interaksi, bukan perilaku kita. Tanpa disadari, kita akan menjadi seorang observer dan membuat kesimpulan atas apa yang telah dibuktikan. Jadi lebih memegang bukti daripada praduga atau prasangka yang belum tentu benar.
Selain itu, jika kita telah dewasa, emosi negatif terasa berbeda di dalam daripada yang muncul di luar. Misalnya, ketika kita marah, kita merasa diperlakukan nggak adil, dimanfaatkan, atau diabaikan, sementara di luar, kita tampak biasa saja, masih agak ramah, bahkan tenang. Jika benar-benar marah, kalian lebih baik menghindar dan membutuhkan waktu me time untuk berpikir jernih karena sadar, keputusan yang diambil ketika emosi akan menyebabkan penyesalan pada akhirnya.
Ketika salah satu dari kalian marah atau kesal, salah satunya akan mengerti dan sadar serta minta maaf. Meski mungkin egonya berkata bahwa ia nggak salah. Meminta maaf ketika nggak bersalah merupakan suatu keputusan di mana ia lebih mementingkan hubungannya ketimbang egonya. Jadi apa pun yang kalian lakukan, sebelum memutuskan sesuatu, kalian akan memikirkan kedua belah pihak karena merasa sudah menjadi kamu adalah aku dan aku adalah kamu.