Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
2150656261.jpg
Freepik.com/freepik

Intinya sih...

  • Melihat perspektif lebih luas untuk menyeimbangkan emosi dan mencari solusi.

  • Berani meminta maaf sebagai bentuk menjaga hubungan dan saling percaya.

  • Jangan bersikap defensif, dengarkan dengan kepala dingin untuk menghindari debat toxic.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perdebatan dalam hubungan itu hal yang wajar. Setiap pasangan pasti punya perbedaan cara berpikir, kebiasaan, hingga cara mengekspresikan emosi. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, perbedaan tersebut bisa berubah menjadi debat toxic yang penuh amarah, saling menyalahkan, dan menyakitkan perasaan. Alih-alih menyelesaikan masalah, konflik justru membuat hubungan terasa semakin jauh.

Padahal, konflik bisa menjadi jalan untuk saling memahami jika dibicarakan dengan cara yang sehat. Setiap perbedaan dapat disikapi secara dewasa, tanpa harus melukai satu sama lain. Oleh karena itu, yuk simak cara menghindari debat toxic dalam hubungan sebagai berikut.

1. Mencoba melihat perspektif lebih luas

ilustrasi pasangan silent treatment (freepik.com/wavebreakmedia)

Saat emosi memuncak, fokus sering tertuju hanya pada satu masalah yang sedang diperdebatkan. Akibatnya, masalah menjadi semakin runyam. Di momen seperti ini, cobalah mengambil jarak sejenak dan mengingat bahwa hubungan kalian jauh lebih besar daripada satu konflik saja.

Mengingat hal-hal baik tentang pasangan dan momen bahagia yang pernah dilalui bersama dapat membantu menyeimbangkan emosi. Dengan begitu, cara berpikir menjadi lebih tenang dan pembicaraan pun bisa kembali ke arah solusi.

2. Berani meminta maaf

ilustrasi pasangan (freepik.com/freepik)

Minta maaf sering terasa berat karena ego mengatakan bahwa diri sendiri tidak salah. Padahal, meminta maaf tidak selalu berarti mengakui kesalahan. Kadang, itu hanya cara untuk menunjukkan bahwa menjaga hubungan lebih penting daripada mempertahankan gengsi.

Sekadar mengatakan maaf karena situasi sudah memanas tentu membantu menurunkan tensi dan membuka obrolan menjadi lebih sehat. Sikap ini memperkuat rasa saling percaya dan membuat pasangan merasa dihargai.

3. Jangan bersikap defensif

Ilustrasi pasangan yang sedang marah (unsplash.com/clique images)

Sikap defensif membuat seseorang langsung ingin membela diri sebelum benar-benar mendengarkan pasangan. Sayangnya, reaksi ini justru sering memicu pasangan ikut bersikap defensif juga, sehingga debat makin runyam.

Cobalah mendengarkan tanpa langsung memotong atau membantah. Dengarkan dulu sampai tuntas, kemudian pikirkan respons dengan kepala dingin. Dari situ, kamu bisa menilai mana masukan yang bisa dipertimbangkan tanpa perlu merasa diserang.

4. Jangan semua hal diambil hati

ilustrasi pria yang support karier pasangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Saat pasangan sedang marah, tidak semua kata-kata mereka ditujukan sepenuhnya pada kamu. Emosi tersebut bisa saja berasal dari rasa lelah, stres, cemas, atau kecewa yang sedang mereka pendam.

Dengan tidak langsung memasukkan semua perkataan ke hati, kamu bisa menjaga emosi tetap stabil. Sikap ini juga membantu kamu merespons dengan empati, bukan dengan kemarahan yang memperbesar konflik.

5. Mencari tahu emosi yang dirasakan

ilustrasi pasangan diskusi (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Kemarahan sering kali hanyalah emosi luar. Di baliknya biasanya tersimpan perasaan sedih, terluka, takut tidak dipedulikan, atau merasa tidak dihargai. Jika bisa memahami emosi inti tersebut, respon yang diberikan pun bisa lebih tepat.

Alih-alih membalas marah, kamu bisa menunjukkan empati dan membahas perasaan yang sebenarnya sedang dialami pasangan. Cara ini lebih efektif untuk menyentuh akar masalah dibanding sekadar memperdebatkan emosi yang terlihat dari luar saja.

6. Berhenti saat debat terus berlanjut

ilustrasi pasangan (pexels.com/Alex Green)

Jika topik yang sama dibahas berulang tanpa titik temu, besar kemungkinan ada pihak yang merasa belum benar-benar didengarkan. Dalam kondisi ini, memaksakan diskusi justru akan meningkatkan emosi.

Lebih baik berhenti sejenak, menenangkan diri, lalu kembali melanjutkan obrolan dengan pendekatan mendengarkan aktif. Mendahulukan memahami sebelum ingin dipahami bisa menghentikan perdebatan.

7. Gunakan sentuhan tulus

ilustrasi mengakui kesalahan pada pasangan (pexels.com/SHVETS production)

Sentuhan sederhana seperti menggenggam tangan, memeluk, atau menyentuh bahu dapat memberikan rasa aman dan menenangkan. Dalam situasi tegang, gesture kecil ini sudah cukup untuk mengingatkan bahwa ada cinta yang menjadi dasar hubungan.

Bagi yang kesulitan merangkai kata-kata saat emosi, sentuhan bisa menjadi bentuk komunikasi non-verbal yang efektif untuk menunjukkan rasa peduli.

Cara menghindari debat toxic dalam hubungan bukan tentang menghindari konflik, melainkan mengelola perbedaan dengan sikap lebih dewasa. Dengan begitu, hubungan akan berjalan harmonis dan sehat.

Editorial Team