Menurut Marisa G. Franco, PhD, yang merupakan seorang profesor, pembicara, dan penulis buku Platonic, sebagian dari masalah yang ditimbulkan dari hubungan platonis yakni tidak adanya "naskah" yang jelas untuk persahabatan atau mengakhirinya.
Selain itu, menurut seorang psikoterapis dan terapis seks dan pasangan, Lee Phillips, yang bersertifikat Licensed Clinical Social Worker (LCSW), putus hubungan platonis dengan teman merupakan hal yang sangat menantang.
"Meskipun hubungan platonis diketahui memiliki tekanan dan harapan yang lebih sedikit, ada tingkat kepercayaan yang tinggi yang telah dibangun. Oleh karena itu, mengakhiri hubungan ini bisa sangat menyakitkan,” jelas Lee Philips.
Belum lagi ditambah dengan teman yang mungkin akan tersinggung. Banyak orang cenderung memiliki satu pasangan romantis tetapi banyak teman, yang dapat membuat teman kita merasa dipilih ketika kita berhadapan dengan mereka. Jika kamu "putus" dengan teman yang satu circle denganmu, itu bisa membuat segalanya menjadi canggung dalam jangka panjang.
Menurut seorang terapis berlisensi LMHC, Divya Robin, perpisahan platonis, yang bila dilakukan untuk alasan tepat, merupakan sebuah tanda adanya pertumbuhan. Ini menunjukkan bahwa kamu lebih bersedia memprioritaskan kebutuhanmu dan kurang toleran terhadap situasi yang merugikan kesehatan mental kamu.
Dalam situasi tertentu, persahabatan mungkin terpisah secara alami, tetapi jika temanmu tidak menangkap sinyal yang kamu berikan atau terus mendorong batasan-batasan yang kamu berikan, maka mungkin sudah waktunya untuk memutuskan hubungan pertemanan yang platonis tersebut.
Menghadapi seorang teman memang bisa sangat menegangkan, tapi kamu bisa memulai perpisahan platonis sambil bersikap tegas dan menghormati orang lain. Berikut beberapa cara yang direkomendasikan oleh para ahli untuk menjalani proses tersebut.