Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

11 Alasan Orang Bertahan dalam Hubungan Toxic

Takut kesepian, ketergantuan, dan ragu memulai kembali

Natasha Cecilia Anandita

Pernahkah kamu berada dalam hubungan toxic? Atau kamu melihat temanmu berada di hubungan yang toxic? Dan parahnya kamu atau dia masih bertahan. Berada di sebuah hubungan yang toxic adalah sebuah pilihan, lho. 

Kamu seharusnya bisa untuk keluar dari hubungan tak sehat tersebut, tapi malah memilih bertahan. Kurangnya kesadaran atau mungkin tekanan dan ketakutan, mungkin menjadi salah satu alasan orang masih berada di hubungan itu. 

Buat kamu yang masih bertanya-tanya mengapa ada orang yang sampai sulit keluar dari hubungan yang toxic, berikut ada 10 alasan orang bertahan dalam hubungan toxic, melansir dari Psychology Today.

1. Takut kesepian dan sendiri

businessinsider.com

Alasan pertama orang bertahan dalam hubungan toxic adalah takut kesepian atau sendirian. Bagi banyak orang, rasa takut akan kesendirian dan harga diri yang rendah merupakan alasan yang kuat untuk tetap bertahan dalam hubungan yang tidak sehat. Padahal, menjalani hubungan dengan seseorang yang tak cocok denganmu pun akan membuatmu merasa sendirian karena tidak dicintai dan dibutuhkan. 

2. Sudah ketergantungan atau keterikatan

medium.com

Hubungan toxic bisa membuat luka dan keterikatan dan ketergantungan pada seseorang. Hal ini membuat orang tersebut enggan untuk melepaskan karena merasa terancam dan mustahil.

Orang-orang yang dibesarkan dengan pola asuh yang salah, misalnya dengan kekerasan dan tidak tercukupi kebutuhan emosionalnya, biasanya lebih cenderung tertarik pada pasangan dengan perilaku yang sama. Ia memilih pasangan yang memperlakukannya seperti yang sering ia terima sejak kecil hanya karena terasa begitu akrab, seolah-olah telah mengenal orang tersebut selamanya.

3. Takut memulai kembali

pexels.com/Yan Krukov

Alasan lain yang sering didengar adalah takut memulai kembali. Karena ia sudah menginvestasikan segala hal, termasuk waktu, uang, dan energi dalam hubungan tersebut dalam jumlah yang besar, jadi ia ragu untuk memulai kembali.

Hal ini mengacu pada fenomena sunk-cost, di mana seseorang ragu-ragu untuk berhenti dari sesuatu yang telah mereka mulai karena mereka telah menghabiskan banyak waktu dan energi untuk hal itu, meskipun berhenti adalah keputusan terbaik.

4. Menggantungkan harapan pada potensi pasangan

Dok. Internet

Terkadang alasan bertahan adalah karena ia terlalu memegang harapan bahwa pasangannya akan berubah. Padahal itu hanya berbuah kekecewaan dan mengaburkan kemampuan untuk melihat orang-orang baik yang lebih cocok untuknya.

Umpamanya seperti kamu sangat lapar, tapi yang kamu makan hanya remah-remahan dan berharap itu akan mengenyangkanmu. Pada akhirnya, kamu akan berakhir masih lapar dan kurang puas juga, kan?

Oleh karena itu, baik saat mau memulai hubungan atau saat menjalin hubungan, coba lihat lagi hubungan itu dengan pendekatan, apa yang kamu lihat adalah apa yang kamu dapatkan.

Bisa juga, apa yang kamu berikan, itu juga yang kamu dapatkan. Karena hubungan juga merupakan sebuah transaksional. Saat melakukan pendekatan tersebut, mungkin kamu akan terkejut dan belajar lebih banyak tentang orang tersebut.

5. Harga diri ada pada status hubungan

georgiastatesignal.com/shutterstock

Persepsi salah lainnya yang membuat orang memilih bertahan di hubungan toxic adalah menempatkan harga dirinya pada status hubungan. Ini mungkin karena pesan yang diterima dari budaya yang dianut, pola asuh keluarga, atau tahap kehidupan saat ini.

Hal itu membuat kamu mungkin merasa tertekan dan harus berada dalam suatu hubungan. Namun, alasan tersebut membuat kamu tak menjadi diri sendiri dan justru merasa hubungan adalah sebuah kewajiban dan tak bisa menikmatinya dengan lepas.

Ketika kamu melekatkan nilaimu pada status hubungan, kamu tidak dapat membuat keputusan yang selaras dengan nilai-nilai asli dirimu dan demi kepentingan terbaikmu. Akibatnya, kamu akan lebih cenderung berpegang pada fantasi hubungan dengan mengorbankan diri sendiri.

6. Tak tahu tentang diri sendiri

medium.com

Hal yang paling berbahaya adalah saat kamu merasa tak tahu siapa dirimu sendiri, selain menjadi pasangan si dia. Hal ini yang kadang membuat seseorang bertahan dalam hubungan yang sulit.

Jika kamu mengalami kehilangan identitas atau sistem pendukungmu selama menjalin hubungan, kamu mungkin mengalami kesulitan untuk melepaskannya karena kamu mungkin tidak tahu siapa dirimu sendiri. Untuk itu, penting untuk mengenal dan mencintai diri sendiri baru mengenal dan mencintai orang lain.

7. Pasangan kasar secara emosional

pexels.com/timur-weber

Jika pasanganmu melakukan kekerasan secara emosional, kamu mungkin mempertanyakan nalurimu dan meragukan diri sendiri. Contohnya, pasanganmu secara teratur memarahi dan memanipulasimu, tidak bertanggung jawab, dan sering kali membuatmu merasa seolah-olah kamu yang salah. Akibatnya, kamu mungkin menyalahkan apa pun yang salah dalam hubungan kalian pada diri sendiri dan yakin bahwa kamulah masalahnya, bukan hubungan atau pasanganmu.

8. Dibentuk untuk memperjuangkan walau harus berkorban

Verywellmind.com

Alasan orang bertahan dalam hubungan toxic selanjutnya adalah kamu telah dikondisikan untuk berfungsi secara berlebihan dalam suatu hubungan. Kamu dibentuk oleh pasanganmu atau mungkin dari lingkunganmu sejak awal untuk memperbaiki, menyelamatkan, atau memperjuangkan suatu hubungan dengan mengorbankan diri sendiri.

Jika kamu dibesarkan di rumah yang penuh konflik dan ketidakpastian, kamu mungkin tumbuh dengan sebagai penjaga atau pembawa damai yang tak ingin berkonflik. Kamu juga mungkin telah menyaksikan orang tuamu berlaku demikian sehingga meneladaninya.

Akibatnya, kamu mungkin telah belajar mengasosiasikan cinta dengan keharusan untuk "mendapatkannya" dan "memperjuangkannya" agar cinta itu menjadi nyata. Padahal, hal tersebut sebenarnya tidak baik.

9. Terlalu berfokus pada chemistry

Verywellmind.com

Chemistry memang penting dalam sebuah hubungan. Tapi, terlalu mengedepankan chemistry justru bisa membawa kepada hubungan yang tak sehat. Ketika ada chemistry yang kuat di awal, hal ini bisa disalahartikan sebagai kecocokan dan kamu mengabaikan red flag yang ada pada dirinya.

Hal ini menjadi dasar untuk menjadi terlalu terikat pada sebuah fantasi, daripada orang yang ada di depanmu. Akibatnya, melepaskan hubungan toxic itu berarti harus menghadapi kenyataan bahwa fantasi itu tidak nyata.

10. Terpikat pada pasang surutnya hubungan

freepik.com

Memang akan selalu ada dinamika dalam hubungan, pasang dan surut. Terlalu terpikat pada pada pasang surut hubungan juga tak baik dan ini bisa menyebabkan kesulitan untuk melepaskan suatu hubungan karena merasa tergantung pada puncak atau 'pasang' berikutnya. Terlalu sering mengalami pasang surut pun tak baik, lho.

11. Terlalu percaya kalau 'hubungan itu berat'

marthastewart.com

Terkadang menjalin hubungan memang terasa berat. Tapi, harusnya tak berat setiap saat. Kamu mungkin menyadari hal tersebut dan memilih bertahan karena terlalu percaya akan frasa tersebut.

Hubungan yang baik itu tidak mengharuskan kamu mengorbankan nilai-nilai atau harga dirimu. Hubunganmu harus menjadi kekuatan yang stabil dan aman dalam hidupmu, bukan menjadi penyebab kesusahan atau terputusnya hubungan dengan diri sendiri.

Itulah alasan orang bertahan dalam hubungan toxic. Pernah mengalami atau melihatnya?

IDN Media Channels

Latest from Dating