Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Apa itu Victim Blaming dalam Hubungan? Kenali Ciri dan Dampaknya

Ketahui dan sadari sebelum kena dampaknya!

Anggita Ayu Pratiwi

Menjalani sebuah hubungan yang harmonis dan tanpa hambatan, baik itu di tahap pacaran atau rumah tangga, tentu bukanlah hal yang mudah. Apalagi ketika kamu berada dalam toxic relationship, contohnya adanya perlakuan victim blaming dalam hubunganmu.

Pernahkah kamu mendengar istilah victim blaming, Bela? Istilah ini sering kali disebutkan dalam kasus kekerasan rumah tangga (KDRT) maupun kekerasan seksual, lho. Tapi ternyata, victim blaming juga bisa hadir di kasus-kasus lain yang dapat menimpa siapa saja, terutama dalam sebuah hubungan.

Karena itu, kita perlu memahami dengan baik apa itu victim blaming dalam hubungan, ciri-ciri, dan cara mengatasinya. Berikut rangkuman penjelasannya!

Apa itu victim blaming dalam hubungan?

Pexels.com/cottonbro studio:

“ Harusnya kamu bisa lebih hati-hati, dong!”

“Salah sendiri kamu nggak serang aku balik!”

“Salah sendiri pakai baju terbuka!”

“Sudah aku bilangin, kan? Jangan Keluar malam-malam!”

Ungkapan-ungkapan di atas adalah sedikit contoh dari banyak perlakuan victim blaming yang dilakukan pada korban. Victim blaming dalam hubungan merupakan taktik atau perilaku manipulatif yang dilakukan oleh seseorang untuk mengontrol dan meyakinkan korban bahwa kesalahan ada pada korban, bukan pada dirinya. 

Karena hal itu, korban akan terus-menerus menyalahkan dirinya sendiri atas tindak kekerasan yang didapatkannya.

Sebetulnya sangat sulit ketika harus berurusan dengan pelaku manipulatif seperti ini. Sebab, mereka akan memiliki banyak cara dan pandai bermain kata untuk mengalihkan kesalahannya pada orang lain yang tidak bersalah. Bagaimanapun keadaannya dan dengan argumen apa pun, mereka bisa dengan tegas mampu meyakinkan korban bahwa korbanlah yang bersalah. 

Ciri-ciri dan contoh perilaku victim blaming dalam hubungan

pexels.com/MART PRODUCTION

Umumnya, pelaku memberikan perilaku victim blaming untuk bisa mengontrol, mendominasi, dan merasa berkuasa dalam hubungan. Sering kali mereka akan mempermasalahkan perilaku normal pasangan sebagai perbuatan yang tercela, kemudian bersikap seolah-olah mereka adalah korban dari kesalahannya. 

Setelahnya mereka akan terus mengungkit hal-hal luar biasa yang telah mereka lakukan untuk pasangannya dan menyebutkan korban adalah pasangan yang tidak tahu terima kasih. Hal ini akan membuat pasangannya merasa bersalah alih-alih kembali mendebatnya.

Dampak negatif victim blaming

Pexels.com/MART PRODUCTION

Pelaku dari tindak victim blaming kemungkinan memiliki kondisi psikologis yang serius. Namun, kamu tahu nggak? Korban dari perlakuan victim blaming juga bisa terkena dampak psikologi jangka panjang. 

Contohnya, meragukan diri sendiri dan memiliki harga diri yang rendah. Hal inilah yang membuat kasus victim blaming dalam hubungan jarang terungkap. Tidak jarang juga, korban dari victim blaming kesulitan untuk memulihkan diri.

Victim blaming yang paling serius adalah kasus pelecehan dan kekerasan fisik. Dalam kasus ini, hambatan terbesarnya adalah korban yang merasa pantas untuk disalahkan. Alhasil, korban akan sulit untuk ditolong karena merasa dirinya bukanlah korban, tapi pelaku dari kejadian. 

Hal tersebut akan meningkatkan perasaan ragu, terisolasi, dan yang paling buruk, korban tidak akan pernah mau untuk berbicara untuk mencari keadilan maupun dukungan. Dalam kasus ini, orang luar akan sangat membantu untuk terus-menerus menyadarkannya bahwa ia adalah korban yang sebenarnya. 

Faktor-faktor yang mendorong perilaku victim blaming

pexels.com/Anete Lusina

Membicarakan soal victim blaming, semua orang pasti akan fokus untuk mencari tahu bagaimana ciri-cirinya dan apa yang harus dilakukan untuk menghindarinya. Tapi, kamu penasaran nggak, sih, kenapa victim blaming dapat dilakukan oleh pelaku?

Salah satunya adalah dari pola pikir yang salah. Berawal dari mindset yang merasa korban dari perlakuan victim blaming  pasti memiliki kesalahan yang memancing pelaku. Kamu juga bisa menjadi pelaku dari victim blaming jika memiliki pola pikir yang seperti itu, lho. Jadi, yuk, awali dengan mengubah pola pikirmu untuk menghindari terjadinya victim blaming.

Apa yang harus dilakukan, jika kamu ternyata korban victim blaming dalam hubunganmu?

pexels.com/MART PRODUCTION

Setelah menyadari bahwa kamu adalah korban dari perilaku victim blaming dari pasanganmu, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah percaya pada intuisimu sendiri! Jadi, ketika kamu merasa salah, maka itu memanglah salah. Bedakanlah pikiran yang memang datang dari diri kamu sendiri, dengan pikiran yang telah dimanipulasi oleh pasanganmu. 

Ketika kamu yakin memang ada yang salah dari pasanganmu, kamu tidak perlu membuka diskusi dengannya. Kamu harus menyadari pasanganmu sedang bersikap tidak rasional dan berusaha untuk mengendalikanmu. Langsung saja pergi dan katakan, “Aku mau bicara kalau kamu sudah tenang.”

Terakhir, jangan pernah sekali pun kamu menyalahkan diri sendiri untuk menenangkan pasanganmu. Kamu juga harus memahami mungkin terdapat kondisi psikologi serius pada pasanganmu. Kamu bisa memberikan kasih sayang tanpa harus memanjakan egonya untuk mendominasi hubungan kalian.

Itulah penjelasan lengkap mengenai apa itu victim blaming dalam hubungan, ciri-ciri, dan cara mengatasinya. Apakah saat ini kamu sedang mengalaminya, Bela?

IDN Media Channels

Latest from Dating