10 Tanda Bahwa Kamu dan Dia Sebenarnya Sudah Siap Menikah

Poin yang satu ini jangan sampai terewatkan. Kemampuanmu mengalokasikan 24 jam dalam hidup bisa menjadi pertanda apakah kamu siap untuk melangkah ke babak kehidupan selanjutnya. Mengatur 24 jam dan memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk dirimu sendiri saja sulit, bagaimana jika kamu membagi 24 jam untuk dirimu, suami dan anakmu.

Pada dasarnya setiap manusia di dunia ini egois tapi ketika kamu siap berkomitmen dengan seseorang yang kamu cintai, harusnya rasa egois itu akan terkikis. Bayangkan jika sepasang suami istri sama-sama egois dan selalu ingin keinginannya dituruti. Ingin jadi apa nanti rumah tanggamu?

Memimpin diri sendiri saja belum bisa, bagaimana kamu memimpin keluargamu? Kesannya memang sepele tapi jika dari awal kamu tidak membiasakan diri, tidak membangun fondasi yang kuat, pernikahanmu bisa terancam runtuh di tahun kesekian.

Tabungan yang kamu miliki sudah terbagi untuk berbagai macam kebutuhan. Kamu sudah menabung untuk biaya pernikahanmu, untuk kebutuhan rumah tanggamu di masa mendatang untuk pendidikan anakmu, kesehatan dan juga keadaan darurat. Kesannya repot tapi percayalah, kehidupan pernikahan tidak hanya seindah cinta dan pengharapan karena ada tanggung jawab dan kewajiban yang harus dipenuhi.

Jangan menikah karena kamu terus merasa bertambah tua tapi menikahlah ketika kamu merasa dirimu sudah dewasa. Ketika kamu sudah mampu berpikir dan bersikap dewasa, maka kamu akan mengerti arti pernikahan yang lebih dalam.

Karena kamu sudah berpikir dewasa, maka emosimu juga seharusnya sudah bisa stabil. Tidak seperti saat zaman SMA dulu yang mudah terpancing emosinya. Jika mendapati tantangan sedikit, kamu langsung down dan tidak bersemangat untuk menjalani hidup. Termasuk menerima kekurangan dan kelebihan pasanganmu dengan mengajaknya berubah bersama ke arah yang lebih baik. Ingat! berubah bersama, bukan hanya satu pihak saja yang berubah.

Hal ini memang tidaklah mudah tapi jika kamu bisa menempatkan dirimu di berbagai situasi dan kondisi, berarti kamu sudah selangkah lebih siap untuk menikah. Bayangkan ketika kamu menikah nanti, kamu juga akan berinteraksi dengan teman atau kolega suamimu. Jika kamu tidak bisa menempatkan diri dan berinteraksi dengan baik, kasihan suamimu juga kan, Bela?

Jika dulu emosimu masih sering lebih mengambil kendali dan keputusan berdasarkan perasaan tapi ketika kamu sudah siap menikah, kamu akan berpikir lebih panjang dan keputusan yang kamu ambil juga berdasarkan pemikiran yang logis.

Jika kamu tidak tahu tujuan hidupmu, hal ini sangatlah tidak baik karena ternyata selama ini kamu hanya berlari di tempat atau kamu hanya berlari mengikuti jejak orang-orang di sekitarmu. Jika kamu ingin menikah namu tidak tahu arah tujuan hidupmu, bagaimana nanti jika kamu melangkah bersama suami atau istrimu? Mungkin beberapa dari kamu belum sempat mencapai impianmu dan berpikir, “Apakah aku akan bisa mencapai impianku ketika aku sudah menikah?” Jawabannya ya atau tidak. Tidak semua orang bisa mencapai impiannya setelah ia menikah. Kamu harus siap merombak rencana dan impianmu. Bukan hanya untukmu tapi ada suami atau istrimu juga dalam impianmu itu.

Pertanyaan ini mungkin hanya sebagian kecil dari yang seharusnya kita introspeksikan tapi setidaknya sudah bisa membuka pandanganmu soal pernikahan. Jangan sampai kamu menikah karena seluruh temanmu mungkin naik ke pelaminan tapi menikahlah ketika kamu sudah siap, ketika kamu sadar kamu siap menghabiskan sisa hidupmu bersama keluarga barumu.