Komplek kehidupan malam ini dibuka pada tahun 1918, lalu ditutup setelah Undang-Undang Pencegahan Prostitusi mulai berlaku pada 1958.
Demi menyelamatkan rumah bordil ini, sekelompok agen real estate lokal meluncurkan donasi untuk mengumpulkan 15 juta yen (sekitar Rp1,8 miliar).
"Kami khawatir revitalisasi akan terhambat dilakukan jika kami harus menunggu dan membiarkan bangunan itu terus memburuk selama 10 tahun lagi," kata Keisuke Yotsui, seorang anggota kampanye.
Taiyoshi Hyakuban menjadi lambang distrik lampu merah Tobita-Shinchi yang bersejarah, yang menampung ratusan rumah bordil seabad yang lalu.
Menarik tali ke belakang, di Era Taishou distrik kehidupan malam ini menawarkan suasana cabul, di mana wanita duduk di pintu rumah bordil menggoda para lelaki yang kebetulan sedang berjalan.
Kembali ke masa sekarang, Taiyoshi Hyakuban kini bertransformasi menjadi restoran Jepang kelas atas selama beberapa dekade. Meskipun begitu, kini Taiyoshi Hyakuban ditutup sementara lantaran mengalami penurunan omzet sebesar 80% sejak pandemi menyerang.
Penggalangan dana untuk revitalisasi yang rumit lantaran pandangan masyarakat yang negatif terhadapat tempat ini.
"Kami mendengar seorang perempuan memberi tahu bahwa mereka tidak mungkin memberikan uang untuk itu, karena hubungannya dengan industri seks," kata Yotsui kepada AFP.
Terlepas dari hambatan, pada bulan Agustus 2021, mereka telah mengumpulkan hampir 19 juta yen dan revitalisasi kini telah dimulai. Meskipun Taiyoshi Hyakuban memiliki sejarah yang buruk, tetapi setidaknya bangunan itu masih layak diselamatkan.
"Bangunan arsitektur ini menjadi satu-satunya saksi bisu yang bertahan akan sejarah industri seks di Jepang. Sejarah ini menjadi kekuatan di mana distrik ini bertahan," tambahnya.
Bagaimana Bela pendapatmu ? Tulis di kolom komentar, ya!