The Sea is Barely Wrinkled berakar pada riset Imazu yang berkelanjutan terhadap kawasan Sunda Kelapa di Jakarta Utara, yang dahulu merupakan pelabuhan penting dari masa ke masa; mulai dari pusat perdagangan maritim pada masa pra-kolonial hingga masa kekuasaan Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC). Pameran ini menyoroti peristiwa tenggelamnya kapal Batavia tahun 1629 di lepas pantai Australia Barat, sebuah insiden sejarah yang melambangkan runtuhnya ambisi kolonial di hadapan kekuatan alam yang tak tergoyahkan.
Imazu menjukstaposisikan gema dari ambisi ini dengan kerentanan kondisi ekologis kawasan pesisir Jakarta masa kini, di antaranya banjir musiman, turunnya permukaan tanah, dan tantangan lingkungan lainnya yang terus membentuk masa depan kota ini.
Merespon pada konteks yang berlapis ini, Imazu menciptakan apa yang ia sebut sebagai "peta waktu"—sebuah kerangka visual yang melepaskan diri dari garis waktu linear untuk menunjukkan bagaimana masa lalu, masa kini, dan masa depan saling terhubung secara mendalam. Imazu memadukan teknik melukis tradisional dengan manipulasi digital dan pemodelan tiga dimensi, dengan merujuk pada peristiwa, arsip, dan artefak bersejarah, serta mitologi lokal untuk mengeksplorasi hubungan antara kolonialisme, perubahan lingkungan, dan perkembangan urban.