Perjalanan kali ini Popbela mendapatkan banyak insight menarik tentang budaya dan adat Bali. Mulai dari kenalan dengan Desa Penglipuran, desa adat sekaligus desa wisata. Di sini, aku mengetahui bahwa di Bali ada dua suku besar, yaitu suku Bali Aga atau Bali Mula, dan Bali Majapahit. Beberapa perbedaannya termasuk di nama dan kasta, di mana Bali Aga tidak menganut sistem kasta, hingga ke beberapa prosesi adat dan keagamaan.
Para penduduk Desa Penglipuran adalah suku Bali Aga. Mereka punya budaya yang menarik, yakni rumahnya seragam dan rapi, nggak melakukan Ngaben melainkan memakamkan sanak keluarga yang meninggal, sampai bebas dari poligami. Pasalnya, kalau ketahuan ada seseorang yang poligami, ia dan pasangannya itu akan dikucilkan, diisolasi di sebuah tempat, tak boleh ikut dalam berbagai acara adat bahkan disapa pun tidak. Kalau ada yang menyapa, maka ia dan orang yang menyapa akan kena hukuman.
Dikenal dengan warganya yang berkeyakinan Hindu, aku juga berkesempatan untuk ke Pura yang punya sejarah panjang serta pemandangan yang indah. Pura ini terletak di Bangli, namanya Pura Ulun Danu Batur. Ada beberapa Pura Ulun Danu Batur, seperti yang terletak di punggungan barat Kaldera Batur, tepat di tepi Jalan Raya Kintamani. Ada juga Pura Ulun Danu Batur di tepi Danau Batur, yang didedikasikan untuk Dewi Danu, dewi danau.
Salah satu pura paling suci di Bali, pura ini diyakini melindungi aliran air dari gunung ke sawah, memberkati seluruh jaringan subak. Pura Ulun Danu Batur memiliki peran penting dalam tatanan spiritual agama Hindu di Bali. Ini diyakini sebagai tempat memuliakan Ida Bhatari Dewi Danuh, entitas dewata yang memegang amreta (kehidupan) Pulau Bali beserta isinya. Jika kamu mau berkunjung ke Pura, pastikan mengenakan pakaian yang sopan, tidak sedang haid, dan berperilaku serta bertutur kata yang baik sesuai dengan instruksi dari pemandu wisata, ya.
Kali ini aku juga melihat Tari Kecak tidak dengan view pantai, melainkan di Ubud Center. Di tengah semaraknya Pusat Kota Ubud, ada sebuah Pura bernama Pura Paseh yang menyajikan Tari Kecak pada pukul 19.30 WITA. Tari Bali satu ini telah diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari Daftar Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan pada tahun 2015. Penampilan mereka membuat kami para wisatawan terpana dan terbawa dalam alur cerita Ramayana. Penampilan tersebut ditutup dengan atraksi Tari Kecak Api atau juga dikenal sebagai "Fire Dance" karena adanya elemen tarian api yang memukau, di mana ada penari yang menari di atas bara api.
Jadi ikoniknya Bali, Patung Garuda Wisnu Kencana juga masuk dalam daftar. Warisan budaya dunia UNESCO ini menjadi patung tertinggi di Indonesia yang bisa kamu ekplor sampai ke lantai 23 di mana terletak di bahu kiri dan kanan Patung Dewa Wisnu tersebut. Ada pula museum di dalam patung yang menceritakan sejarah diciptakannya karya seni tersebut. Ternyata, patungnya disusun seperti puzzle yang dibuat di daerah luar Bali. Bahannya pun dari mozaik yang berasal dari Italia, tembaga, kuningan, dan baja. Mau menikah dengan latar patung GWK yang magis? Bisa banget, tapi siap-siap untuk mengeluarkan budget yang lebih, ya.