Melansir dari jadesta.kemenparekraf, berdirinya Desa Kaduela bermula dari kedatangan Syekh Maulana Makhdum Ibrahim ke tanah Jawa, tepatnya di wilayah Cirebon pada tahun 1525 Meshi. Pada waktu itu, di Cirebon sedang terjadi selisih paham antara wali songo (penyebar lebih dulu syariat Islam) tentang syariat ajaran Syekh Siti Jenar.
Untuk menghindari perselisihan itu, Syekh Maulana Makhdum Ibrahim mengasingkan diri bersama santrinya ke lereng bukit Gunung Ciremai tepatnya di sebelah selatan Cirebon. Kedatangan beliau disambut hangat penduduk setempat yang sebagian besar masih menganut ajaran Budha. Hingga akhirnya, banyak penduduk mengikuti ajarannya dan berdirilah satu pedukuhan bernama Kadu'ela.
Pemilihan nama tersebut di ambil dari 'Kadu' sama dengan 'Adoh' (dalam bahasa Jawa) yang artinya 'Jauh'. Sedangkan, kata 'Ela' sama dengan 'Elek' (dalam bahasa Jawa) yang artinya 'Jelek'. Sehingga, kalau digabungkan Kaduela berarti jauh dari kejelekan.
Pemerintah mulai melakukan pengembangan wisata di Desa Kaduela pada tahun 2019, dimulai dengan menggarap Telaga Biru Ciceurem. Tercatat pada tahun 2024, Desa Wisata Kaduela berhasil memperkerjakan sekitar 250 warga desa.