Akan tetapi, masalah penolakan terhadap wisatawan Thailand ini rupanya tak terlepas dari isu imigran gelap. Laporan Harian Chosun menyebutkan bahwa angka imigran gelap Thailand meningkat tiga kali lipat, dari 52.000 hingga 157.000. Kenaikan drastis tersebut terjadi hanya dalam kurun waktu delapan tahun, yaitu 2015 hingga September 2023.
Charoen Wangananont, Presiden Thai Travel Agents Association (TTAA), di sisi lain memahami mengapa Korea Selatan menerapkan regulasi masuk yang ketat. Usai pandemi, banyak warganya yang bekerja secara ilegal di sana karena penduduk lokal bisa membayar tenaga dengan harga yang lebih murah. Ditambah lagi, pelaku industri kreatif seperti penyanyi dan Youtubers juga kerap menyalahgunakan visa liburan mereka untuk bekerja.
"Masalah ini perlu ditangani baik oleh Thailand maupun Korea Selatan. Mereka harus bekerja sama untuk mengurangi jaringan korup, terutama yang membantu tenaga kerja ilegal," ujar Charoen, dikutip dari Bangkok Post.
Hal serupa juga disinggung oleh The Korea Times dalam editorial terbarunya. Menurut media lokal tersebut, menyalahkan petugas imigrasi saja bukanlah tindakan yang adil karena mereka hanya menjalankan tugasnya.
"Oleh karena itu, menyalahkan petugas imigrasi yang bekerja keras atas serangan balik pariwisata di Thailand tidaklah adil. Namun, para pembuat kebijakan perlu membuat langkah-langkah yang tepat untuk menanggapi orang Thailand yang tidak puas dan menjelaskan kepada mereka apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi," tulis The Korea Times.