ilustrasi bom atom (nawacita.co)
Pada 6 Agustus 1945, AS mulai menjatuhkan bom uranium jenis bedil yang dijuluki Little Boy di Hiroshima. Presiden AS Harry S. Truman meminta Jepang menyerah 16 jam kemudian dan memberi peringatan seperti, "akan adanya hujan reruntuhan dari udara yang belum pernah terjadi sebelumnya di muka bumi."
Namun, tiga hari kemudian, pada tanggal 9 Agustus, AS menjatuhkan bom plutonium jenis implosi bernama Fat Man di Nagasaki. Dalam kurun waktu dua hingga empat bulan setelah pengeboman atom di Jepang, diperkirakan antara 90.000 hingga 166.000 orang kehilangan nyawa di Hiroshima, dan 60.000 hingga 80.000 jiwa di Nagasaki, dengan sekitar setengah dari total korban meninggal pada hari pertama ledakan.
Kehancuran kota Hiroshima setelah ledakan bom atom (abc-7.com)
Selain menewaskan puluhan ribu jiwa seketika, ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki juga memicu kehancuran masif pada infrastruktur dan meninggalkan dampak jangka panjang. Meskipun hanya sebagian gedung dan bangunan yang langsung runtuh, terutama di lembah Urakami dan pusat kota Nagasaki, kerusakan terbesar justru disebabkan oleh kebakaran hebat pasca-ledakan.
Api yang muncul hanya 30 detik setelah bom meledak membentuk badai api dahsyat, dengan cepat melahap bangunan-bangunan berbahan kayu dan membakar habis kota. Penduduk yang berada dalam radius 100 meter dari titik ledakan tewas seketika akibat suhu ekstrem dan luka bakar parah.
kehancuran akibat bom atom di Nagasaki (pixabay.com/Wikilmages)
Tidak berhenti di situ saja, radiasi yang ditinggalkan bom menyebabkan penderitaan berkepanjangan bagi para penyintas. Banyak yang mengalami luka melepuh, kerusakan jaringan kulit, kebotakan permanen, bahkan kanker dan kerusakan organ dalam. Leukimia menjadi penyakit paling umum saat itu, terutama menyerang anak-anak.
Radiasi juga menyebabkan cacat genetika yang diwariskan ke generasi berikutnya, serta menimbulkan stigma sosial terhadap para penyintas, yang dikenal sebagai hibakusha. Mereka tak hanya menanggung dampak fisik, tetapi juga trauma psikologis dan diskriminasi yang bertahan hingga puluhan tahun setelah perang usai.
Jepang menyerah atas Amerika (Situs commons.wikimedia.org)
Pada 15 Agustus, enam hari setelah bom atom dijatuhkan di Nagasaki dan deklarasi perang dari Uni Soviet, Jepang akhirnya menyatakan menyerah kepada Sekutu. Penandatanganan resmi atas instrumen penyerahan diri dilakukan pada 2 September, yang sekaligus menandai berakhirnya Perang Dunia II.
Akan tetapi, dunia tidak benar-benar damai begitu saja. Sebagai gantinya, muncullah Perang Dingin sebagai periode ketegangan politik antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berlangsung dari 1947 hingga 1991.
Tragedi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki menjadi pengingat nyata akan dahsyatnya kehancuran yang bisa ditimbulkan oleh senjata nuklir. Situasi geopolitik yang kini terus memanas bisa saja mengarah ke skenario serupa, atau bahkan lebih buruk.
Bagaimana menurutmu, Bela?