Fenomena La Nina meningkatkan curah hujan di suatu daerah. Pola iklim ini terjadi karena suhu permukaan laut di Samudera Pasifik mengalami pendinginan di bawah kondisi normal. Dari pendinginan inilah, pertumbuhan awan di langit pun berkurang pesat.
Istilah La Nina diadaptasi dari bahasa Spanyol yang berarti 'gadis kecil'. Sementara itu, ada juga yang menyebutnya sebagai El-Viejo atau 'peristiwa dingin'. Intensitas curah hujan sangat tinggi saat La Nina terjadi dan bisa menyebabkan cuaca buruk serta gelombang laut yang tinggi.
Biasanya La Nina ditandai dengan angin pesat yang berembus lebih kuat dan kencang. Selama La Nina, permukaan laut memgalami penurunan suhu lebih dari -0,5 derajat celsius, setidaknya setidaknya lima kali dalam 3 bulan berturut-turut.
Jika El Nino menyebabkan cuaca panas dan kekeringan, La Nina justru membawa dampak hujan deras yang ekstrem. Bahkan dalam beberapa kasus, La Nina bisa menyebabkan bencana banjir dan longsor akibat tingginya curah hujan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya La Nina adalah sebagai berikut:
- Penurunan suhu SST di Samudera Pasifik tengah dan timur mempengaruhi pola aliran angin. Hal ini dapat mengubah kondisi atmosfer global menjadi lebih dingin
- Sama seperti El Nino, penurunan suhu SST juga menyebabkan perubahan arus samudera.
- Akan fenomena tersebut, atmosfer pun mengalami perubahan tekanan yang mempengaruhi laju arus samudera serta memicu La Nina.
Walau normal terjadi, dampak dari kedua fenomena alam ini tidak boleh diremehkan, Bela. El Nino dapat menyebabkan musim kemarau yang panjang serta merugikan sektor pertanian akibat kekeringan. Sementara La Nina dapat menimbulkan musim hujan yang intens dan dapat mengganggu arus transportasi laut, darat, maupun udara.
Jika ditilik dari sisi positif, daerah yang mengalami El Nino dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan pertambangan lewat musim kemarau yang stabil. Sama halnya La Nina yang memegang peran vital dalam menyediakan sumber air yang melimpah, serta meningkatkan kelancaran irigasi pertanian.