Puncak kemarahan Gen Z Nepal terhadap kasus korupsi pejabat terjadi pada Senin (8/9). Aksi yang awalnya damai berujung rusuh di sejumlah titik, seperti Kathmandu, Pokhara, hingga Itahari. Massa ingin Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri. Korban jiwa dari rakyat sipil dilaporkan mencapai 19 orang tewas dan lebih dari 300 orang terluka akibat tembakan peluru tajam, gas air mata, dan meriam air.
Beberapa tahun terakhir, ada banyak kasus yang terus dibicarakan di publik, di parlemen, tapi tak pernah benar-benar menemukan penyelesaian yang adil. Mengutip dari Aljazeera, salah satunya adalah kasus pembelian dua pesawat Airbus A330 oleh Nepal Airlines pada 2017. Kabarnya, kerugian negara yang ditimbulkan sebesar 1,47 miliar rupee (sekitar $10,4 juta).
Di Nepal, video TikTok yang menampilkan kehidupan glamor anak-anak politisi banyak bertebaran. Di sisi lain, masyarakat Nepal berusaha bertahan hidup dengan pendapatan per kapita negara hanya sekitar $1.300 per tahun. Lapangan kerja pun tak banyak tersedia. Ketimpangan sosial ini menuai kritik pedas dari publik.
Ditambah lagi, pemerintah Nepal membuat suasana makin panas usai memblokir hampir semua media sosial yang biasa digunakan oleh masyarakat. Pemerintah berdalih larangan ini disebabkan oleh aturan baru yang mewajibkan perusahaan untuk mendaftar agar hoaks, misinformasi, dan disinformasi dapat dikendalikan. Namun, Gen Z menganggap kebijakan tersebut sebagai bentuk sensor.
Kekecewaan yang awalnya ramai di media sosial dengan cepat berubah menjadi gelombang protes nasional. Meski akhirnya pemerintah mencabut larangan itu pada 8 September, keputusan tersebut tak mampu menyelamatkan koalisi pemerintahan yang sudah goyah.