n.news.naver.com via Office of the President of the Republic of Korea Courtesy
Pada Selasa malam (3/12/24), Presiden ke-13 Korea Selatan, Yoon Suk Yeol menggelar konferensi pers mendadak di Kantor Kepresidenan Korea yang berlokasi di Yongsan. Berdasarkan pidato khususnya kepada publik, melansir dari Naver, ia mengungkapkan bahwa parlemen telah mengajukan 22 kasus pemakzulan terhadap pejabat pemerintahan sejak pelantikan, dan dari 22 kasus yang diajukan tersebut telah berhasil memakzulkan 10 orang sejak Juni 2024.
Tindakan ini melumpuhkan peradilan dengan mengintimidasi hakim, memakzulkan jaksa, dan pejabat tinggi, seperti menteri di Kementerian Administrasi dan Keamanan Publik, serta Kepala Dewan Audit dan Inspeksi. Penanganan anggaran nasional juga melemahkan fungsi negara, termasuk keamanan publik, pengendalian narkoba, dan penguatan militer. Partai Demokrat Korea memangkas anggaran penting, seperti tunjangan militer, dana bencana, perawatan anak, lapangan kerja pemuda, dan proyek penelitian dan pengembangan hingga lebih dari 1 triliun Won!
koreajoongangdaily.joins.com via KTV
Singkatnya, ledakan anggaran seperti itu merupakan permainan Partai Demokrat Korea terhadap keuangan nasional Republik Korea. Partai tersebut melanggengkan kediktatoran legislatif yang hanya menggunakan anggaran sebagai alat pertikaian politik yang tidak segan-segan memakzulkan RUU Anggaran yang telah disepakati.
Presiden pun menambahkan, "Penyelenggaraan negara lumpuh dan keluh kesah masyarakat semakin bertambah. Ini jelas merupakan tindakan anti-negara yang menginjak-injak tatanan konstitusional Republik Korea yang bebas dan merencanakan perang saudara dengan mengganggu lembaga-lembaga negara yang sah berdasarkan konstitusi dan hukum."
straitstimes.com via NYTimes
Nyawa rakyat diabaikan, sementara Parlemen Korea Selatan berubah menjadi sarang kriminal, melumpuhkan peradilan dan mengancam demokrasi liberal melalui kediktatoran legislatif. Parlemen, yang seharusnya menjadi fondasi demokrasi, kini menjadi ancaman yang meruntuhkan sistemnya, membuat negara semakin rapuh.
Tepat pada pukul 11 malam waktu setempat, Presiden Yoon mengumumkan, "Hari ini saya mendeklarasikan darurat militer untuk melindungi Republik Korea Selatan dari ancaman pasukan komunis Korea Utara, untuk memberantas kekuatan anti-negara pro-Korea Utara yang tidak tahu malu yang menjarah kebebasan dan kebahagiaan rakyat kita sekaligus, dan untuk melindungi tatanan konstitusional yang bebas."
Presiden Yoon akan menggunakan darurat militer untuk membangun kembali Republik Korea Selatan yang merdeka dan melawan kekuatan anti-negara yang mengancam kehancurannya. Langkah ini diambil demi menjamin kebebasan, keamanan, dan keberlanjutan nasional, serta mewariskan negara yang layak bagi generasi mendatang.
Presiden akan melawan kekuatan anti-negara dan segera menormalisasi kondisi negara melalui darurat militer. Meskipun mungkin menimbulkan ketidaknyamanan bagi warga yang mendukung nilai-nilai konstitusi, upaya akan difokuskan untuk meminimalkannya. Langkah ini tak terhindarkan demi melindungi Republik Korea yang merdeka seraya tetap berkomitmen pada tanggung jawab dan kontribusi internasional.