Melansir dari english.elpais.com, para ahli dari berbagai universitas di Spanyol dan Meksiko telah melakukan rangkaian penelitian mengenai hilangnya peradaban kota-negara Teotihuacán, sebuah situs arkeologi di Lembah Meksiko yang merupakan salah satu pusat kekuasaan pra-Hispanik terpenting di benua Amerika.
Hal ini dibuktikan melalui jejak arkeologis dari abad kedua, dengan populasi yang diperkirakan mencapai 100.000 penduduk. Namun, memasuki abad ketujuh, para ahli menemukan bahwa jumlah penduduk di kota-negara Teotihuacán mengalami penyusutan hingga mencapai kurang dari 5.000.
Diterbitkan di Journal of Archaeological Science, berjudul Teotihuacán: Ancient Culture Affected by Megathrust Earthquakes During the Early Epiclassic Period (2024), hasil studi memaparkan faktor penyebab yang mengejutkan, yakni lima gerakan seismik besar, yang diperkirakan terjadi sekitar tahun 100 dan 650 M.
Dalam penjelasannya, gerakan tersebut diyakini mengarah pada gempa megathrust berulang di Palung Mesoamerika di Samudera Pasifik. Dampaknya, kerusakan signifikan terjadi pada bangunan-bangunan utama di Teotihuacán, mengakibatkan keruntuhan peradaban pusat kekuasaan pra-Hispanik secara perlahan.
Para ahli menduga gempa megathrust memunculkan berbagai masalah baru yang berujung pada ketidakpuasan masyarakat dan kesulitan bagi penguasa dalam mengatasinya. Pemberontakan internal yang dipicu oleh kota-kota tetangga juga mungkin terjadi, memperparah situasi pasca-bencana di Teotihuacán.
"Gangguan yang disebabkan oleh gempa bumi dahsyat tidak hanya mengguncang fondasi fisik masyarakat, tetapi juga menggoyahkan struktur sosial dan politiknya," jelas Raúl Pérez-López dari Institut Geologi dan Pertambangan di Spanyol (Geological and Mining Institute of Spain), sebagaimana mengutip dari detik.com.