Sebagai raksasa sosial media cukup tersohor di semua kalangan, TikTok berusaha membawa perubahan digital dan membawa manfaat bagi penggunanya. Seperti fitur monetisasi untuk meraup pundi uang bagi kreator konten, TikTok Shop bagi pelaku bisnis untuk memasarkan produknya, bahkan menjadi wadah bagi pelaku seni dan influencer untuk berunjuk gigi dalam menampilkan karyanya.
Namun, semakin bersinar sesuatu, maka semakin gelap pula bayangan yang diciptakannya. Rasanya quotes ini cocok untuk menggambarkan perhelatan antara CEO TikTok Shou Zi Chrew dengan Parlemen Amerika Serikat dalam kongres yang digelar di Capitol Hill baru-baru ini.
Memang, kita sudah mengetahui bahwa TikTok berhasil menghibur, memotivasi, bahkan menciptakan inspirasi bagi kita lewat konten kreatifnya. Namun, pernahkah kamu terpikir akan dampak negatif yang dihasilkan dari platform daring besutan ByteDance ini? Itulah yang menjadi concern parlemen Amerika Serikat yang menganggap TikTok adalah aplikasi yang memberikan dampak buruk bagi penggunanya, terutama anak-anak.
Dalam kongres tersebut, parlemen Amerika Serikat mempertanyakan keamanan privasi data serta bagaimana cara TikTok memfilter konten yang dapat diakses oleh anak-anak. Mengingat, lautan konten yang disajikan di TikTok cukup deras.
Menurut data yang dibeberkan parlemen dalam kongres tersebut, beberapa pengguna Tiktok di Amerika Serikat turut "hanyut" ke dalamnya. Apalagi, saat ini ada sekitar kurang lebih 150 juta pengguna TikTok di Amerika Serikat. Bahkan, sejumlah anak meninggal dunia akibat mengikuti challenge yang mereka tonton di TikTok.
