Kedua kasus yang menyeret korban Wu Ha dan Hae In adalah beberapa dari banyaknya kasus kejahatan pornografi dengan teknologi deepfake di Korea Selatan, memicu kasus yang lebih menyeramkan dengan sebutan, ‘Nth Room 2.0 Case’ atau artinya, ‘Kasus Nth Room 2.0.’
Istilah tersebut terinspirasi dari kasus kejahatan pornografi yang pertama kali dibuat oleh seseorang dengan nama panggilan ‘GodGod’ sejak Desember 2018. Pada kasusnya, ia menyebarkan konten pornografi berupa hasil rekaman melalui ruang obrolan berjudul ‘Nth Room’ di Telegram.
Dalam ‘Kasus Nth Room 2.0,’ kejahatan ini dilaporkan dimulai oleh seorang mahasiswa di Universitas Inha, yang membuat ruang obrolan dengan lebih dari 1.200 anggota untuk menyebarkan konten pornografi hasil teknologi deepfake dan informasi kontak para korban.
Namun, sejak 20 Agustus 2024, media dan kepolisian Korea Selatan mengungkap fakta yang lebih mengejutkan, yakni gelombang ruang obrolan serupa yang dibuat oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk sekolah, rumah sakit, dan bahkan militer, dengan ratusan ribu anggota.
Di dalam ruang obrolan tersebut, pria menargetkan perempuan yang mereka kenal di kehidupan nyata sebagai sasaran penghinaan. Menggunakan berbagai alat teknologi deepfake, mereka menempelkan wajah perempuan ke dalam gambar dan video yang menunjukkan tindakan pelecehan seksual.
Ruang obrolan yang lebih besar bahkan dibagi menjadi kategori yang lebih spesifik, seperti ‘ruang penyiksaan keluarga,’ di mana pria mengunggah foto-foto yang diambil secara diam-diam dari ibu, saudara perempuan, atau putri mereka untuk dipermalukan secara publik.