Di dapur orang Indonesia pada umumnya akan ditemukan beberapa butir biji pala atau biji pala dalam bentuk bubuk. Aroma dan rasanya yang khas mampu menyulap makanan jadi 'naik kelas', meski ditambahkan dalam jumlah sedikit saja. Tak aneh jika di masa lalu rempah ini menjadi rebutan bangsa-bangsa Eropa.
Menurut Ofra Shinta Fitri, Sustainable Sourcing Manager Yayasan Inobu, di Indonesia setidaknya terdapat 5 spesies pala dengan kekhasan masing-masing. Salah satunya adalah spesies pala yang banyak ditemukan di Fakfak, Papua Barat, dan tumbuh dalam kawasan hutan pala yang lestari. Hutan inilah yang menjaga Kabupaten Fakfak dari dampak perubahan iklim berupa bencana banjir, sekaligus mendukung perekonomian masyarakat yang hidup di sekitarnya.
Bagian pala yang bernilai ekonomi tinggi adalah rempah berupa biji dan fuli yang telah dikeringkan.
"Daging buahnya belum terlalu dioptimalkan. Rata-rata dimanfaatkan sebagai manisan basah dan kering. Kini memang mulai banyak yang mengolahnya menjadi permen, selai, dan sirop. Namun, volumenya masih sangat sedikit, karena permintaannya belum banyak," kata Ofra, seperti dikutip dari rilis yang diterima Popbela.
Melihat keunikanini ini, untuk pertama kalinya Wita Wulandari dan Aziz Amri yang merupakan 'lulusan' Masterchef Indonesia mencicipi dan berkreasi dengan pala Papua yang menjadi komoditas unggulan masyarakat Fakfak tersebut. Bagaimana kesan dan kreativitas mereka dalam mengolah pala Papua? Simak lima faktanya berikut ini.