Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
Copy of DSC03770.JPG
Dok. Privy Dharmawangsa

Intinya sih...

  • Privy Dharmawangsa menawarkan kenyamanan dan cita rasa berkelas

  • Restoran ini terinspirasi dari steakhouse Amerika dengan interior yang hangat dan mewah

  • Chef Jon menciptakan menu eksklusif yang menggabungkan cita rasa lokal dengan sentuhan internasional

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

An Italian American restaurant that feels like a warm place in winter. Itulah kesan pertama yang Popbela rasakan ketika memasuki Privy Dharmawangsa. Hampir tersembunyi di Dharmawangsa Square, Jakarta Selatan, restoran yang awalnya memang terkesan private ini, semakin membuka diri untuk diketahui publik. Hal itu karena keinginan pemilik sekaligus chef sendiri, yang mengutamakan edukasi rasa dan bahan kepada konsumennya secara eksklusif.

So what's so special about this place?

Perkenalkan, Jonathan Tek

Dok. Privy Dharmawangsa

Jonathan Tek adalah sosok di balik Privy Dharmawangsa. Dia bukan orang yang mencari followers di media sosial. Bahkan, kami merasa ia tidak terlalu memerhatikan media sosialnya. Melihat dari LinkedIn miliknya, pria yang akrab dipanggil Jon ini adalah Chief Bacon Officer untuk Privy Hospitality Group, yang jabatan tersebut mungkin satu-satunya ada di dunia. Google it if you're curious. Namun ia memang adalah COO dan Culinary Director Bimasena The Dharmawangsa.

Jon awalnya membuka Jon's Smokery di tahun 2017, setelah kembali dari Amerika. Kemudian, ia mulai mengembangkan usahanya menjadi sebuah restoran di tahun 2020 secara private karena berhadapan juga dengan kondisi pandemi saat itu. Lalu tahun 2023 menjadi awal dibukanya restoran Privy di lantai 3 Dharmawangsa Square. Lantas, kenapa jika usaha yang awalnya menggunakan sistem reservasi eksklusif ini sekarang membuka diri untuk jadi lebih extrovert?

"Awalnya adalah edukasi. Sebelum saya membuka restoran, saya ingin memberikan edukasi kepada orang-orang what's food supposed to be like. Saat itu saya merasa di Jakarta masih banyak orang yang kurang mengerti. Jadi kami tidak pernah buka Privy ke media terlalu banyak. Tapi kemudian kami merasa mungkin ini saatnya, karena kompetisi juga sudah bertumbuh dan kami ingin mewartakan bahwa kami juga hadir," ungkap Jon.

"Sebagai seorang pebisnis, saya juga akhirnya menyadari bahwa perlu melibatkan media, karena ini langkah berikutnya agar bisnis bisa berkembang dan sukses, termasuk misi mengedukasi tersebut," tambahnya lagi.

Terinspirasi steakhouse Amerika

popbela.com/ Ayu Utami

Sebagai orang yang pernah tinggal di Amerika, restoran steakhouse di negara Paman Sam tersebut menjadi inspirasi untuk interior Privy. Dengan ambience tata cahaya yang hangat, ornamen kayu pada dinding dan lantai yang dikombinasikan dengan unsur emas, serta kursi berbahan suede berwarna burgundy dan beberapa karya seni lukisan, membuat Privy terasa seperti rumah nyaman di tengah musim dingin.

Dok. Privy Dharmawangsa, Popbela.com/Ayu Utami

Privy terdiri dari main dining dengan hidangan andalan meliputi premium steaks, Pescatore, Chateaubriand, 21-Days Butter-Aged Mulwarra Lamb Chop, dan 28-Days Ribeye Bone-in MS4/5. Lantai ini juga menghadirkan bar dan cigar room, menciptakan perjalanan gastronomi high-end yang lengkap. Kemudian ada VIP Rooms yang dirancang untuk private dining, pertemuan bisnis, maupun momen perayaan, menghadirkan eksklusivitas dengan nuansa prestige-driven.

Selanjutnya, memasuki 'playroom' milik Jon, Privy Chef’s Table di lantai dua. Area ini menghadirkan pengalaman intim dengan 14 kursi counter dan dapur terbuka, tempat Chef Jon menuangkan inspirasinya melalui menu yang terus berevolusi, terinspirasi oleh heritage, memori, dan kreativitas kuliner.

Menu yang menyesuaikan dengan mood dan ketersediaan bahan

Dok. Privy Dharmawangsa

Jangan salah mengartikan, karena kami percaya dengan 'mood' Chef Jon. Seperti yang ia katakan, "saya beruntung punya palette yang bagus," karena memang apa yang Jon tawarkan adalah rasa autentik dengan beberapa sentuhan cita rasa lokal di sebagian menu. Chef Jon membuat menu berdasarkan keinginannya sendiri dan ketersediaan bahan. "Apakah ada yang pernah punya permintaan berbeda dari menu?" tanya kami. Tentu saja dan Chef Jon tidak keberatan menerima pesanan tersebut asal masih sejalan dengan ciri khas dirinya.

Seperti contohnya, sajian Caesar Salad Classico yang memang mengikuti gaya Meksiko, tempat sajian ini berasal. Crab cake gurih dan Bruschetta Figs and Cream Cheese yang memberikan sensasi nyaman di lidah. Ketiga starter ini menjadi gerbang kepercayaan akan tangan dingin dan wawasan Chef Jon dalam meracik menu.

Memasuki sajian pasta, Spaghetti Carbonara seharga Rp450 ribu untuk ukuran large ini menggunakan keju pecorino dan egg yolk yang membuat rasanya sangat menendang. Ditambah kehadiran Aglio Olio Il Mare autentik yang sebetulnya cukup berair namun juicy. Tidak terlalu pedas dan berminyak sama sekali, berkat teknik emulsifikasi.

Lalu selanjutnya Striploin AUS Wagyu Beef MB 4/5 dan dry age tomahawk. Bagi orang yang masih awam soal pemilihan daging, mendapat wawasan dan informasi soal daging terbaik, menentukan rasa dan cara menikmatinya, menjadi kunci keistimewaan Jon di Privy. Jon sangat royal membagikan ilmu tersebut agar konsumennya memahami kenapa makanan yang mereka santap begitu istimewa dan bagaimana steak seharusnya tersaji.

Dok. Privy Dharmawangsa

Pada bulan September ini, Privy Chef’s Table mempersembahkan menu baru, Heritage Taiwanese Beef Noodles. Menu ini merupakan penghormatan mendalam terhadap akar Taiwan Chef Jon. Kaya rasa, penuh makna, dan dibalut memori personal, sajian ini diperkaya dengan hidangan-hidangan lain yang terinspirasi kuliner Taiwan, seperti Luroufan dengan Half Duck Egg, Jia Yi Chicken Rice, dan Scallion Pancake.

Ready to experience the exquisite taste of Privy?

Editorial Team

EditorAyu Utami