Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
Screenshot 2025-10-16 143112.png
IMdB.com

Intinya sih...

  • Tron: Ares hanya meraup US$33,2 juta di Amerika Serikat dan total global US$60,2 juta dolar.

  • Jared Leto dibayangi isu personal yang rumit dan film ini tidak mendapat sambutan baik dari penonton.

  • Tron: Ares menjadi simbol kejatuhan Jared Leto dalam memimpin proyek besar dan menunjukkan bahwa era Leto sebagai aktor utama mungkin sudah lewat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di tengah gemerlap London, Jared Leto berdiri di atas ketinggian 30 kaki mengenakan jas putih dan mantel merah menyala. Aksi teatrikal khas dirinya untuk mempromosikan Tron: Ares. Namun, terlepas dari kehebohan penampilan itu, film ini gagal menarik penonton ke bioskop. Proyek ambisius Disney ini hanya meraup US$33,2 juta di Amerika Serikat dan total global US$60,2 juta dolar. Jumlah ini jauh di bawah ekspektasi.

Film yang seharusnya menjadi penerus Tron: Legacy (2010) justru menjadi pukulan berat bagi studio dan bagi Leto sendiri. Banyak pihak di dalam Disney telah menduga bahwa hanya penggemar setia Tron yang akan menontonnya. Kekhawatiran itu terbukti benar. Kelompok penonton muda, yang seharusnya menjadi target utama, justru tak tertarik sama sekali.

Karena alasan ini pula, melansir The Hollywood Reporter, Tron tak akan dibuat sekuelnya lagi di masa depan. Berikut informasi selengkapnya.

Jared Leto mulai meredup?

IMdB.com

Jared Leto dikenal sebagai sosok yang menyukai hal-hal antimainstream untuk filmnya. Mulai dari aksi ekstrem memanjat Empire State Building demi promosi, hingga gaya eksentriknya di setiap karpet merah. Namun, untuk Tron: Ares, pesona itu tak lagi cukup menutupi kenyataan pahit di balik layar.

Selain kinerja box office yang mengecewakan, Leto juga dibayangi isu personal yang rumit. Sembilan tuduhan perilaku tidak pantas terhadapnya sempat menghiasi media, meski perwakilannya membantah semua klaim tersebut. Sementara Disney sendiri dikabarkan cemas terhadap potensi dampak reputasi itu pada citra studio.

Proyek ambisius Jared Leto yang tak mendapat sambutan baik

IMdB.com

Kelahiran Tron: Ares bukan perjalanan yang mudah. Awalnya, film ini hanyalah lanjutan biasa dari Tron: Legacy, hingga Leto turun tangan langsung. Ia berjuang keras meyakinkan Disney agar versinya disetujui dan berhasil. Dukungan besar datang dari Sean Bailey, kepala divisi live-action Disney kala itu yang juga produser Tron: Legacy.

Lewat ketekunan dan reputasi Oscar-nya dari Dallas Buyers Club, Leto bukan hanya menjadi pemeran utama, tapi juga produser. Karakter Ares dirombak menjadi pusat cerita, menjadikannya ikon baru di semesta digital Tron. Sayangnya, perubahan besar itu tidak diikuti minat publik yang sepadan. Film tersebut flopped dan meraup pendapatan jauh di bawah ekspektasi.

'Morbius' dan 'Tron: Ares' flopped, pola kegagalan Jared Leto yang terus berulang

IMdB.com

Tron: Ares bukan satu-satunya film yang gagal membuktikan kekuatan komersial Jared Leto. Sebelumnya, Morbius (spinoff dari semesta Spider-Man) juga gagal besar pada 2022. Dengan pendapatan global hanya US$167 juta, film itu memperlihatkan betapa nama Leto tak lagi menjamin kesuksesan box office. Para pengamat industri menilai era Leto sebagai aktor utama mungkin sudah lewat. Hal ini terlihat dari beberapa film besar yang diharapkan sukses malah justru berakhir sebaliknya.

Kegagalan Tron: Ares menjadi simbol kejatuhan seorang Jared Leto dalam memimpin proyek besar. Melansir The Hollywood Reporter, seorang eksekutif agensi bahkan menyebut, "Tidak ada yang meminta reboot ini. Bahkan jika Ryan Gosling yang main, hasilnya mungkin sama."

Kini, meski Leto masih akan muncul sebagai Skeletor di Masters of the Universe, banyak yang memprediksi era "Jared Leto sang bintang utama"” sudah berakhir. Di dunia Hollywood yang bergerak cepat, satu kegagalan besar bisa menghapus momentum bertahun-tahun. Dan bagi Tron: Ares, kisahnya berakhir bukan dengan kemenangan digital, melainkan sebagai simbol bahwa bahkan di dunia futuristik sekalipun, tidak semua reboot bisa diselamatkan oleh nostalgia.

Menurutmu sendiri bagaimana, Bela? Tulis di kolom komentar, ya!

Editorial Team